Tidak ada kejelasan berapa banyak kuota BBM subsidi untuk wilayah Sintang. Depot Pertamina Sintang terkesan merahasiakannya. Data tersebut pernah diminta pemerintah kabupaten secara berulang, namun diabaikan Pertamina. <p style="text-align: justify;">“Sudah berulang-ulang kami meminta data kuota BBM untuk Kabupaten Sintang kepada pihak Pertamina Sintang, tapi sampai sekarang tidak diberikan,” ujar Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan Setda Sintang, Iwan Setiawan.<br /><br />Menurut Iwan, permintaan data kuota BBM tersebut sudah pernah dimintakan sejak tahun 2011 lalu, bahkan dalam setiap rapat kerja selalu ditanyakan. Namun sampai saat ini tidak ada jawaban atau penjelasan dari Depot Pertamina Sintang terkait permintaan tersebut. <br /><br />“Setiap rapat kerja selalu berjanji ingin memberikan data itu, tapi sampai sekarang tidak pernah dipenuhi,” ucapnya.<br />Mestinya, lanjut Iwan, pemerintah kabupaten diperkenankan mengetahui tentang pendistribusian BBM subsidi termasuk jumlah kuota. Hal itu dimaksudkan agar pemerintah kabupaten dapat berperan membantu dalam hal pengawasan. <br /><br />“Paling tidak kita terima laporan setiap tahun. anehnya, jangankan laporan, permintaan data kuota saja tidak diberikan,” ujarnya.<br /><br />Depot Pertamina Sintang malah menyatakan tidak mempunyai data kuota pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk wilayah Sintang. “Kita tidak miliki data itu. Kewenangan itu berada di Sales Area Pertamina Pontianak,” kata Pjs Kepala Depot Pertamina Sintang, Jefri As, ketika ditemui di ruang kerjanya<br /><br />Jefri berdalih, Depot Pertamina Sintang hanya bertugas menyalurkan. “Kalau mengenai kuota untuk wilayah Sintang, tanya langsung ke Kepala Sales Area Pertamina di Pontianak,” kilahnya.<br /><br />Menurut dia, mengenai Delivery Order (DO) memang Depot ikut mengeluarkan. Namun itu semua sesuai berdasar permintaan. Sedang masalah kuota yang didistribusikan bukan menjadi kewenangan Depot.<br /><br />Jefri menambahkan kalau pengawasan Pertamina untuk masalah BBM hanya terbatas di areal Pertamina. Sementara jika di luar, sudah menjadi tanggungjawab perusahaan pengangkut. “Kalau misalnya ada mobil pengangkut BBM kencing di jalan itu sudah menjadi ranah penegak hukum. Kami mungkin hanya menegur perusahaan yang mengangkut,” bebernya.<br />Pantauan RRI, antrian kendaraan di SPBU untuk mendapatkan BBM terus berlangsung. Kemarin, Jalan PKP Mujahidin didapati antrian kendaraan panjang hingga meluber ke bundaran tugu Bank Indonesia (BI).<br /><br />Manajer SPBU Tugu BI Sintang Fahmi menyatakan kalau BBM jenis solar tidak kurang. Antrian terjadi di SPBU miliknya, akibat banyak pembeli yang datang ke SPBU. “Saya melihat memang sebagian besar para ekspedisi membeli BBM di SPBU Kami, sehingga SPBU ini selalu penuh,” ucapnya.<br /><br />Rohman, salah satu sopir Ekpedisi mengaku sangat kesulitan dalam mendapatkan BBM. Dirinya harus mengantre berjam-jam. “Kalau kita beli di kios-kios solar sampai Rp 9 ribu. Harga itu sangat memberatkan kita. Mau tidak mau harus antri empat sampai lima jam seperti saat ini,” Keluh Rohman. <strong>(ast)</strong></p>