Polemik investasi perkebunan kelapa sawit semakin kerap terjadi di Sintang, kali ini lantaran belum ada penegasan tata batas antardesa, belasan warga Dusun Kebah Desa Gandis Hilir Kecamatan Dedai menghadang alat berat perusahaan yang sedang membuka lahan. <p style="text-align: justify;">Kepala Dusun Kebah, Florensius Salu membenarkan kejadian tersebut yang menurutnya berlangsung Sabtu (5/6) lalu.<br /><br />“Begitu tahu ada aktivitas pembukaan lahan di lokasi yang masuk wilayah Dusun Kebah, kami langsung menuju lokasi meminta kontraktor yang membuka lahan itu menghentikan aktivitasnya,” kata Salu, Selasa (7/6) di Sintang.<br /><br />Ia mengatakan, sedianya lahan yang akan dibuka tersebut diperkirakan mencapai satu blok atau sekitar 30 hektar, namun yang sudah berhasil dibersihkan baru seluas 15 hektar.<br /><br />“Jelas kami tidak terima karena lokasi itu masuk wilayah kami yang sejak awal sudah menolak sawit, apalagi ada pohon tengkawang kami yang ikut ditebang, terlepas masalah tata batas yang sampai saat ini terkesan lamban diselesaikan pemerintah daerah,” ujarnya.<br /><br />Persoalan lahan ini sebenarnya sudah lama menjadi keluhan warga Dusun Kebah, apalagi menurut Salu sejak awal warganya sudah menolak beroperasinya PT Wahana Plantations and Product (WPP) di wilayah mereka.<br /><br />“Yang kami harapkan saat ini ada ketegasan dari pemerintah daerah untuk penegasan batas dusun kami dengan desa sebelah karena batas ini masih menjadi masalah, jangan sampai masalah ini berkepanjangan,” ucapnya.<br /><br />Menurutnya paska laporan yang disampaikan warga Kebah ke Polres Sintang beberapa bulan lalu terkait aktivitas pembalakan liar diareal yang diakui sebagai wilayah Kebah dan diduga juga diakui masuk dalam izin perusahaan, memang beberapa hari setelah laporan mereka, aktivitas pembalakan berhenti.<strong>(phs)</strong></p>