Harga cabai rawit di beberapa pasar tradisional di Kabupaten Sintang beberapa hari terakhir turun drastis yang biasanya mencapai 50-120 ribu/kg, kini hanya dihargai 15-20 ribu perkilonya. <p style="text-align: justify;">Dengan menurunnya harga cabai, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sintang, Terry Ibrahim menyayangkan petani cabai di Sintang belum menikmati harga cabai. <br /> <br />Menurut Terry selama ini, yang menikmati tingginya harga cabai hanya pihak kedua dan ketiga saja, dalam hal ini para pengepul dan penjual.<br /><br />“Petani yang nanam, yang jual ke sini (Sintang), cuma dapat puluhan ribu saja. Padalah modal yang mereka keluarkan cukup besar, Karena ongkos merawat, ongkos panen dan tranposrtasi juga besar,” terangnya.<br /><br />Terry menambahkan sebenarnya Sintang punya sentra pertanian cabai rawit yang berada di Desa Pakak Kecamatan Hilir. Namun lantaran medan terjal pegunungan dan infrastuktur jalan yang banyak rusak membuat akses transportasi terhambat.<br /><br />“petani di Desa Pakak kesulitan menjual hasil pertanian karena infrastrkutr jalan yang masih buruk, apalagi saat musim hujan, bahkan ada dari mereka yang menginap dijalan, sementara cabai rawit itu kalau kondisi masak, paling bisa bertahan utuh satu hari saja,” ujarnya.<br /><br />“Saat, datang ke Sintang sebagian cabai tidak layak jual dan terpaksa dibuang. Sehingga, cabai yang dijual tinggal sedikit. Ini tidak berbanding jumlah konsumen, permintaan banyak tapi penawaran sedikit dan ini menjadi salah satu naiknya harga cabai,” terangnya.<br /><br />Beberapa waktu lalu, dirinya bersama Bupati Sintang pernah kunjungan kerja (kunker) ke Desa Pakak. Usai kunjungan, Bupati langsung perintahkan alat-alat berat masuk benahi infrastruktur.<br /><br />“kita harapkan secepatnya infrastruktur jalan disana segera ditangani sehingga masyarakat Desa Pakak dan sekitarnya menerima manfaat transportasi lancar dan kedepan tidak lagi menjadi penghambat dalam menjual hasil pertanian,” pungkasnya. (Tim)</p>