Petani di Desa Manggala Permai Dadahup G5, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah mengelola pabrik bioethanol yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi petani singkong desa setempat. <p style="text-align: justify;">"Untuk singkong sebagai bahan baku pembuatan bioethanol sudah tidak ada masalah lagi, karena dalam beberapa bulan ini, petani yang tergabung dalam kelompok tani di desa itu sudah mulai menanam singkong," kata Kepala Dinas Transmigrasi Kabupaten Kapuas, Dra Hj Mariani di Kuala Kapuas, Senin. <br /><br />Sehingga, dia optimistis keberadaan pabrik bioethanol tersebut memiliki prospek yang bagus guna meningkatkan pendapatan petani singkong didaerah setempat pada masa yang akan datang. <br /><br />Dia mengatakan, saat ini luasan tanaman singkong yang telah disiapkan seluas lima hektare sampai enam hektare, yang dikelola oleh kelompok tani daerah setempat. <br /><br />Pabrik bioetahnol tersebut siap menampung singkong yang didatangkan dari luar desa setempat, namun singkong yang dibeli hanya kualitas tertentu dengan harga murah yang disebabkan minimnya dana operasional pabrik tersebut, katanya. <br /><br />Jika untuk bahan baku bioethanol itu menggunakan singkong kualitas baik yang dibeli dengan harga mahal, kata dia, maka akan mempengaruhi tingginya biaya produksi bioethanol tersebut. <br /><br />Dinas Transmigrasi Kabupaten Kapuas, katanya, hanya melaksanakan tugas pengawasan agar pabrik tersebut dapat operasional secara optimal dan melakukan pembinaan manajemen terhadap kelompok tani pengelola pabrik tersebut. <br /><br />Pengembangan bioethanol tersebut merupakan program pengembangan desa mandiri energi kerjasama Kementerian Transmigrasi dan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), katanya. <br /><br />Dipilihnya dua desa tersebut menjadi tempat pengembangan bioethanol dikarenakan kondisi lahan sangat cocok untuk budi daya singkong. <br /><br />Sementara itu, sebelumnya Kepala Desa Manggala Permai Desa Manggala Permai Dadahup G5 Lamijak mengatakan dalam kondisi normal dibutuhkan tiga ton singkong untuk bahan baku bioethanol tersebut. <br /><br />Keberadaan pabrik bioethanol tersebut diharapkan dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi setiap kepala keluarga ataupun kelompok serta perorangan yang mempunyai lahan singkong untuk dapat dipasok sebagai bahan baku bioethanol. <br /><br />Terbatasnya singkong didesa setempat untuk bahan baku bioethanol sempat dikeluhkan oleh Lamijan sehingga dikhawatirkan pabrik bioethanol tidak bisa dioperasionalkan secara optimal. <br /><br />Pabrik bioethanol satu-satunya di Kalteng tersebut dibangun pada tahun anggaran 2010 dengan anggaran sebesar Rp1,3 miliar, katanya. <strong>(das/ant)</strong></p>