Kalangan Petani Karet di sentra perkebunan karet alam Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan dalam sebulan terakhir ini mengeluh lantaran harga karet di tingkat petani anjlok melebihi 50 persen. <p style="text-align: justify;">Didon, 25 tahun petani setempat, di desa Inan Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan, Kamis menyatakan akibat turunnya harga ketingkat bawah tersebut menyebabkan pendapatan petani juga anjlok.<br /><br />Bayangkan saja harga nomal antara Rp10 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram, sementara harga berlaku yang dibeli kalangan pedagang pengumpul yang datang ke kampung-kampung hanya Rp5 ribu saja per kilogram.<br /><br />Rendahnya harga karet tersebut melemahkan semangat kalangan petani setempat untuk mengembangkan lahan kebun karet luas lagi, padahal belakangan kegairahan berkebun karet telah hidup di wilayah kaki Pegunungan Meratus tersebut.<br /><br />"Kita berharap harga karet kembali membaik, seperti sedia kala agar petani kembali bergairah," katanya.<br /><br />Ia mengkhawatirkan turunnya harga karet tersebut lantaran permainan spekulan atau para pedagang pengumpul yang ber sekongkol dengan para pengusaha pabrikan.<br /><br />Sebab kabar yang ia peroleh harga karet tersebut ternyata cukup baik di daerah lain, seperti di Kalteng atau kawasan lain di Kalsel.<br /><br />Menurutnya bila harga turun tersebut berlangsung lama dikhatrikan akan menambah kemiskinan di kawasan pemukiman penduduk kabupaten Balangan yang merupakan wilayah kabupaten pemekaran dari Kabupaten Hulu Sungai Utara tersebut.<br /><br />Sebab tambahnya, berbagai kebutuhan pokok di kawasan tersebut begitu mahal, harga gula pasir saja tercatat Rp15 ribu per kilogram, sehingga harga karet yang anjlok tak mampu menutupi kebutuhan sehari-hari, demikian Didon. <strong>(phs/Ant)</strong></p>