Di Melawi, petani karet hanya menghasilkan kulat yang kualitasnya lebih rendah bandingkan lempengan karet yang dikeringkan. <p style="text-align: justify;">Agar penghasilan petani lebih besar dan kualitas karet Melawi bisa diperhitungkan, maka petani mesti menjaga mutu karet dengan membuat karet lempengan kering.<br /><br />“Kita meminta kepada instasi terkait ada mendorong petani untuk membuat karet yang berkualitas. Agar harga karet Melawi bisa bersaingi dengan daerah lain,” pinta pengusaha Melawi, Yusli, kemarin.<br /><br />Kendati begitu, perlu ada studi labih dalammengenai keterpurukan harga karet. Bukan tidak mungkin karena permainan pedagang, perawatan tanaman sehingga air berkurang. Atau penyebab lainnya. Pihak yang mesti melakukan studi itu adalah dinas terkait, diantaranya Dinas Kehutanan dan Perkebunan Melawi, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Melawi.<br /><br />“Setahu kita, rendahnya harga karet karena orang luar negari tidak mau membeli karet kita karena kualitasnya rendah. Mereka lebih melirik negara-negara lain, seperti malaysia, thailan dan vitnam. Tetapi perlu ada studi agar diketahui persoalan-persoalannya,” pintanya.<br /><br />Selain itu, meminta agar masyarakat dengan sadar bisa menghasilkan karet yang berkualitas. Walau membuat karet yang berkualitas akan dihadapkan dengan kualitas pemeliharaan batang karet.<br /><br />“Kita menghimbau kepada masyarakat yang bekerja di karet untuk menjaga mutu dan kualitas karet. Lantran karet ini merupakan sumber penghasilan utama warga,” imbau Yusli.<br /><br />Diterangkannya, perlunya diperhatikan kualitas karet lantaran kualitas karet baik otomatis harga jual tinggi. Harga jual tinggi ini yang menikmati tentunya petani sendiri. Akan menguntungkan petani.<br /><br />“Selain itu, apabila mutu dan kualitas karet yang dijual masyarakat terjamin, hal itu tidak meragukan para pembeli atau penampung karet yang ada di daerah kita ini untuk membeli karet di Melawi. Apalagi pasa saat ini pembelian karet sudah sangat ketat. Mereka tidak mau lagi membeli karet yang kualitas jelek,” terangnya.<br /><br />Sebaliknya, bila kualitas karet yang diperoduksi oleh masyarakat tidak diperhatikan. Maka pihak yang ruhi adalah petani itu sendiri. Lantaran karet yang diproduksinya setiap hari akan dibeli dengan harga yang murah.<br /><br />“Masih mending kalau karet yang dijual tersebut masih dibeli walaupun dengan harga yang murah. Dari pada bawa pulang ke rumah karena tidak ada pembelinya. Kalau sudah seperti itu siapa yang rugi? Pasti petani sendiri yang rugi, ” jelasnya.<br /><br />Lantas Yusli, mengulas era globalisasi saat ini, sudah saatnya para petani karet menjaga kulitas karet. Agar harga karet di pasaran bisa tinggi dan tetap stabil harganya. Bukan tidak mungkin, karet dari Melawi dicontrak hitam atau diblacklis, lantaran buruknya kualitas produksi<br /><br />“Saat ini memang masih ada pembeli karet. Namun, bila produksi karet daerah lain meningkat dengan kualitas baik. Atau pedang sudah ada pilihan yang jelas. Bukan tidak mungkin karet di Melawi tidak dibeli,” ulasnya.<br /><br />Dia pun mengingatkan, perekonomian rumah tangga di Melawi sangat tergantung pada harga kerat. Ekonomi rumah tangga Melawi baik, lantaran harga karet masih cukup baik. Tapi bila harga karet turun atau bahkan tidak laku, maka dapat dipastikan ekonomi keluarga warga akan ambruk pula.<br /><br />“Kalau harga karet turun, sangat terasa sekali dampaknya kepada ekonomi warga. Daya beli masyarakat terhadap barang-barang dipasaran sangat kurang. Bahkan pasar Nanga Pinoh akan sepi. Maka dari itulah kita mengharapkan kepada masyarakat untukmenjaga mutu dan kualitas karet di Melawi,” pungkasnya. (KN)</p>