Petani Melawi Sulit Pasarkan Hasil Pertanian

oleh
oleh

Sejumlah kelompok tani yang dengan sungguh-sungguh mengelola sawahnya memperoleh hasil dengan memanen padi yang cukup memuaskan. Namun sangat disayangkan, produksi yang ada itu tidak diimbangi dengan pemasarannya. <p style="text-align: justify;">“Akhir tahun lalu itu hasil panen kita per haktar 5,8 ton, dan panen pertama tahun ini, sudah menghasilkan 5,3 ton. Rata-rata diatas 5 ton lebih perhaktar. Sementara lahan sawah yang kami kelola ada sebanyak belasan haktar. Jadi cukup banyak padi jenis ciherang yang kami produksi, nah kendalanya pemasaran di Melawi ini tidak ada,” kata Ketua Kelompok Tani Ijo Padi Desa Mekar Pelita Kecamatan Sayan, Darmanto, saat ditemui di Nanga Pinoh, Rabu (6/9).<br /><br />Lebih lanjut Darmanto mengatakan, hasil produksi banyak, namun daya beli rendah. Hasil panen pertamanya di tahun 2017, yang mau menampung hanya Budi Usaha. Namun kemampuannya menampung hanya sebanyak 40 karung. “Sisanya masih banyak menumpuk disana. Semuanya gabah kering yang siap digiling,” jelasnya.<br /><br />Saat ditanyai mengapa tidak menjualnya sendiri dengan menggiling gabah kering tersebut menjadi beras. Ia menjawab hal itu karena keterbatasan fasilitas. Pihaknya saat ini hanya memiliki penggiling manual yang kecil, sementara untuk menggiling puluhan ton tersebut harus menggunakan penggiling beras dan banyak mesin penggiling.<br /><br />“Memang ada niat kita ingin menjual beras jadi. Namun fasilitas minim, mesin penggiling tidak ada. Kalau digiling manual mana mampu puluhan ton banyaknya digiling manual. Jadi kita berharap instansi terkait bisa memberikan bantuan mesin penggiling padi,” harapnya.<br /><br />Dengan memproduksi beras sendiri dari hasil panen tersebut, jelas bisa menjadi kelompok tani percontohan yang bisa memproduksi beras sendiri. <br /><br />“Kita juga bisa menciptakan merk khas Melawi, sebut yang memang berasal dari kampung di Melawi. saya Yakin, pasti banyak laku,” ungkapnya.<br /><br />Pria yang akrab disapa Manto tersebut mengatakan, kelompok taninya jarang gagal saat melakukan penanaman. pada tahun 2015 lalu, hasil panen disawahnya pada tahap pertama ada sebanyak 6,9 ton, panen kedua mencapai, 4,8 ton, dan panen ke tiga mncapai 5,3 ton. Sementara tahap pertama ditahun 2016 ini, hasil panen pertama mencapai 6,1 ton. Kemudian diakhir tahun lalu mencapai 5,8 ton.<br /><br />“Ditahun 2017 ini awal yang cukup baik memproduksi sebanyak 5,3 ton. Belum lagi hasil panen kedua yang tak lama lagi. Ini baru dari sawah kami, belum lagi sawah anggota kelompok lainnya yang terdapat di beberapa titik dengan luas lahan puluhan hektare. Semuanya mengeluhkan tidak ada tempat memasarkan hasil panennya. Padahal kami menjual gabah kering siap giling ini hanya kisaran Rp 5 ribu per kilogram,” cetusnya.<br /><br />Untuk itu, Dirinya berharap pemerintah serta pihak investor bisa membentuk atau membuat koperasi yang siap menampung hasil panen petani padi. Sehingga kedepannya tidak ada kendala lagi terhadap pemasaran ini.<br /><br />“Dengan hasil panen kami ini, jika ada investor yang yang mau membuat produksi khas Melawi tentu ini sangat berpeluang. Investor itu bisa mengumpulkan hasil produksi pertanian kami dan membuat produk khas Melawi,” pungkasnya. (KN)</p>