Petani di Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, kini mulai menikmati hasil pengembangan hortikultura jenis biofarmaka yang harganya cukup stabil serta pemintaan yang tinggi. <p style="text-align: justify;">"Banyak petani yang kesejahteraannya meningkat dari tanaman jahe," kata Mantri Pertanian Kecamatan Mempawah Timur, Muhayan saat dihubungi di Pontianak, Kamis.<br /><br />Ia menuturkan, di Kecamatan Mempawah Timur, potensi untuk tanaman pertanian terbilang cukup lengkap. Padi misalnya, areal yang ditanami seluas 450 hektare. Sedangkan untuk hortikultura, potensinya jauh lebih luas dengan tanaman yang cocok seperti jenis sayuran dan biofarmaka seperti jahe yang luasnya sekitar 15 hektare. "Awal bulan ada tambahan 12 hektare, khusus jahe lokal," ujar dia.<br /><br />Di kecamatan itu, terdapat sekitar 10 kelompok tani. Lahan ditanami beragam mulai dari sayur-sayuran berbagai jenis serta jahe lokal. "Tanaman dicampur. Misalnya semula tanam kacang panjang, dua atau tiga minggu kemudian tanam jahe sehingga setelah kacang panjang habis, tanaman jahenya sudah kuat," ujar Muhayan.<br /><br />Jahe lokal lebih diminati karena lahan di kawasan itu adalah gambut. Petani pernah mencoba bibit dari Semarang, namun karena cara tanam yang kurang tepat dan lahan gambut, hasilnya tak maksimal.<br /><br />Jahe dapat dipanen dalam usia "muda" atau "tua". Jahe disebut panen muda kalau usianya sekitar 6 – 7 bulan, tua kalau 9 – 10 bulan dan biasanya digunakan untuk bibit. "Biasanya, kalau sudah enam bulan ada yang sudah didatangi pembeli," katanya.<br /><br />Satu hektare lahan dapat mengggunakan 900 kilogram sampai 1 ton bibit. Hasilnya, dengan perawatan intensif maka hasil optimalnya di kisaran 60 ton hingga 80 ton per hektare.<br /><br />Ia mencontohkan ada petani yang hanya mengelola 24 galang berhasil mendapat pendapatan lebih dari Rp100 juta. "Petani ada yang naik haji, umroh, gara-gara jahe. Bahkan ada yang pernah datang membawa satu karung jahe hanya untuk membeli sepeda motor," ungkapnya.<br /><br />Harga sempat mencapai Rp28 ribu per kilogram, namun kini turun di kisaran Rp18 ribu ketika ambil di lokasi. Pemasarannya tidak sulit karena ada pembeli yang kadang datang langsung ke lokasi petani. (das/ant)</p>