Petani nanas di Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, mengharapkan bantuan alat pengolah pangan untuk meningkatkan nilai ekonomis dari buah yang dihasilkan. <p style="text-align: justify;">Menurut Ketua Kelompok Tani Maju, Rustamidji di Rasau Jaya, Minggu, petani masih mengandalkan penjualan buah dalam bentuk mentah.<br /><br />"Sementara, kalau ingin ada nilai ekonomis tambahan, buah yang harga jualnya rendah, harus diolah terlebih dahulu," kata dia.<br /><br />Ia mencontohkan, nanas dapat diolah menjadi sirup, keripik, dodol atau penganan lainnya.<br /><br />Umumnya, lanjut dia, petani memanfaatkan buah nanas yang berukuran kecil. "Buah yang ‘grade’-nya kecil. Dijual ke pabrik tidak laku, ke pasar biasa nilainya sangat murah," ujar dia.<br /><br />Pembuatan sirup yang dilakukan kelompok tani di desanya masih dilakukan secara manual. "Prosesnya cukup lama, dan tidak semua dapat dimanfaatkan," kata Rustamidji.<br /><br />Padahal, ungkap dia, semua bagian dari nanas sebenarnya dapat dimanfaatkan melalui pengolahan yang tepat.<br /><br />Misalnya kulit nanas yang sudah dikupas, dapat diolah menjadi bahan baku jelly. Sedangkan ampas kulit tersebut, menjadi bahan pupuk organik.<br /><br />Kelompok Tani Maju Jaya mempunyai anggota 30 petani. Rustamidji juga menjadi pengurus di tiga kelompok tani lain seperti Sidomulyo dan Budi Utomo di Desa Rasau Jaya Unit II.<br /><br />Kecamatan Rasau Jaya merupakan salah satu sentra nanas di Kabupaten Kubu Raya. Petani umumnya mengembangkan nanas jenis "queen" karena tahan hama penyakit, usia setahun dapat dipanen, serta pasarannya masih terbuka lebar di Pontianak dan sekitarnya.<br /><br />Kecamatan Rasau Jaya terletak di perlintasan menuju Kabupaten Kayong Utara dan Ketapang menggunakan jalur sungai dari Pontianak.<br /><br />Rasau Jaya merupakan daerah tujuan transmigrasi di Kalbar yang dimulai sejak tahun 1972. <strong>(das/ant)</strong></p>