Sebagian Petani Kotim Pilih Tunda Penjualan Karet

oleh
oleh

Sebagian petani dan pengepul di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, memilih menunda menjual karet miliknya karena harga masih rendah sehingga kurang menguntungkan. <p style="text-align: justify;">"Saya belum tanya untuk hari ini, tapi seminggu terakhir sekitar Rp5.600 per kilogram. Ini relatif rendah karena biasanya di atas Rp 7000 per kilogramnya, makanya sebagian petani memilih menunda menjual karet sampai harganya kembali normal," kata Ibas, petani di Kecamatan Kotabesi, Jumat.<br /><br />Sebulan terakhir harga karet memang tidak stabil dan cenderung turun. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan petani karena pendapatan mereka menurun drastis namun mereka hanya bisa pasrah karena semua ini sangat tergantung hukum pasar.<br /><br />Menurunnya harga karet ini diperkirakan karena stok karet di pasaran melimpah sementara permintaan tidak mengalami peningkatkan, bahkan tidak menutup kemungkinan justru mengalami penurunan.<br /><br />"Tapi memang sepertinya selalu begini. Biasanya menjelang Agustus ini harga karet dan rotan sering turun. Kami tidak tahu juga apa penyebabnya, tapi ini sudah sering terjadi," jelas Ibas.<br /><br />Selama ini petani karet di Kotim menjual kepada pengepul yang datang ke desa-desa atau langsung menjualnya ke perusahaan karet yang ada di Sampit. Sangat jarang petani menjual karet ke Palangka Raya atau Banjarmasin karena umumnya selisih harganya tidak terlalu jauh.<br /><br />Sebagian penduduk Kotim masih menggantungkan hidup dari penghasilan dari hasil karet dan rotan. Akibatnya, jika harga karet dan rotan turun maka cukup berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat setempat.<br /><br />Sektor rotan justru jauh lebih memprihatinkan. Sejak diberlakukannya larangan ekspor rotan mentah mulai Desember 2011, sektor rotan di Kotim terpuruk dan sebagian perusahaan pengolahan rotan terpaksa mengurangi karyawan mereka. <strong>(das/ant)</strong></p>