Stok alat uji sampel darah, reagen, yang digunakan untuk tes darah orang dengan risiko HIV di Provinsi Kalimantan Barat menipis dan diperkirakan tidak akan cukup hingga akhir tahun 2013. <p style="text-align: justify;">"Seharusnya stok cukup untuk tiga bulan ke depan, tetapi karena kebutuhan banyak, mungkin tidak sampai bulan depan sudah habis," kata staf bagian logistik reagen HIV/AIDS, Global Fund Kalbar, Rizal Ardiansyah di Pontianak, Kamis.<br /><br />Ia menjelaskan, reagen ada tiga jenis yakni untuk tes pertama, kedua dan ketiga. Seorang yang berisiko, ketika tes pertama dinyatakan positif mengidap HIV, melanjutkan ke tes kedua dan ketiga.<br /><br />"Kalau ketiganya menunjukkan positif, dapat dipastikan yang bersangkutan mengidap penyakit HIV," katanya.<br /><br />Sementara bagi yang dinyatakan negatif sejak tes pertama, maka yang bersangkutan tidak perlu melanjutkan ke tes berikutnya.<br /><br />Ia melanjutkan, layanan tes sukarela atau VCT tersedia di sejumlah rumah sakit di Kalbar seperti RSUD dr Soedarso, RS Santo Antonius, RSUD dr Rubini Mempawah, RSUD dr Abdul Azis Singkawang.<br /><br />"Untuk satu rumah sakit, rata-rata 100 orang sampai 200 orang yang diperiksa dalam satu bulan," kata dia.<br /><br />Secara keseluruhan, jumlah reagen yang dibutuhkan untuk pemeriksaan itu berkisar 1.500 buah. "Dalam satu bulan, ada 1.500 orang terperiksa. Terkadang untuk Singkawang saja, jumlah sebanyak itu tidak mencukupi selama tiga bulan," ungkap dia.<br /><br />Pihak Global Fund Kalbar sendiri sudah menerapkan layanan komprehensif yang berkesinambungan. Tujuannya, semua rumah sakit telah bisa melayani akses VCT. "Bisa di Pontianak, Singkawang, Mempawah, Sintang, Ketapang, dan sebagainya," kata Rizal Ardiansyah.<br /><br />Menyikapi hal itu, ia mau tidak mau membatasi pengiriman reagen ke daerah. "Karena kami khawatir untuk Pontianak saja tidak mencukupi," kata dia.<br /><br />Reagen itu dipasok dari Kementerian Kesehatan. Ia telah mengirim surat permintaan penambahan pasokan reagen untuk Kalbar ke Kementerian Kesehatan sejak satu bulan lalu. "Baru direspon kemarin, setelah kami pro aktif menanyakan ke kementerian," ungkap dia.<br /><br />Kalbar termasuk dalam 10 provinsi besar provinsi dengan jumlah pengidap HIV/AIDS terbanyak di Indonesia.<br /><br />Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, merujuk Laporan Perkembangan HIV-AIDS Triwulan III 2012 yang dikirimkan kepada Menteri Kesehatan RI menyebutkan ada 10 provinsi terbanyak kasus AIDS. Pertama Papua (7.527 kasus), DKI Jakarta (6.299 kasus), Jawa Timur (5.257 kasus), Jawa Barat (4.098 kasus), Bali (2.939 kasus), Jawa Tengah (2.503 kasus), Kalimantan Barat (1.699 kasus), Sulawesi Selatan (1.377 kasus), Riau (775 kasus), Sumatera Barat (715 kasus). <strong>(das/ant)</strong></p>