Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Kaltim H Ibrahim mengatakan selain pemerintah, pihak swasta dan akademisi juga ikut menentukan berhasil atau tidaknya program pertanian. <p style="text-align: justify;">"Peran pemerintah adalah sebagai regulator atau lembaga yang menelurkan kebijakan, sedangkan swasta adalah para petani dan investor pertanian. Sementara peran akademisi di antaranya melakukan kajian dan menularkan ilmunya," ujar Ibrahim di Samarinda, Kamis.<br /><br />Sedangkan keterlibatan pemerintah dalam memajukan pertanian itu adalah, mulai pemerintah di tingkat pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota, bahkan hingga ke tingkat kecamatan dan kelurahan atau kepala desa.<br /><br />Peran berbagai unsur pemerintahan itu antara lain, mengajak dan mendorong petani terkait peningkatan produksi berbagai jenis tanaman, baik tanaman perkebunan maupun tanaman pangan.<br /><br />Dia juga mengatakan, saat ini lahan yang tersedia di Kaltim khusus untuk pertanian mencapai 150.000 hektare, sedangkan yang dimanfaatkan baru sekitar 108.000 hektare.<br /><br />Hingga akhir 2012, lanjutnya, diperkirakan produksi Gabah Kering Giling (GKG) di Provinsi Kaltim mengalami kenaikan sebesar 2,79 persen, yakni dari 552,6 ribu ton GKG pada 2011, naik menjadi 568 ribu ton GKG pada akhir 2012.<br /><br />Sedangkan produksi padi 2011 yang sebesar 552,6 ribu ton GKG tersebut, setiap hektarnya baru mampu menghasilkan rata-rata 4,6 ton GKG per hektare.<br /><br />Untuk itu, ke depan indeks tanaman pangan Kaltim diharapkan dapat ditingkatkan, di antaranya menaikkan produktivitas padi menjadi rata-rata sebesar 5,5 ton GKG per hektare per tahun.<br /><br />Peningkatan produktivitas padi bukan hanya dilakukan pada lahan basah (sawah), tetapi juga di lahan kering. Apalagi lahan kering di Kaltim juga masih ratusan ribu hektare, yakni lahan yang peruntukkannya di luar dari program pengembangan kawasan tanaman pangan (food estate dan rice estate).<br /><br />Lahan kering yang ada tersebut, saat ini sudah dimanfaatkan sebanyak 40.000 hektare. Hanya saja produktivitas padi di lahan kering masih kecil, yakni baru sebesar 2,5 ton per hektare, karena sebagian petani masih belum dapat memilih bibit unggul dan mengoptimalkan lahan.<br /><br />"Terkait dengan itu, maka program kami selanjutnya adalah memberikan pelatihan kepada petani tentang pemanfaatan atau optimalisasi lahan, di samping juga menyediakan bibit unggul agar padi yang dihasilkan dapat lebih banyak dan berkualitas, ujar Ibrahim. <strong>(das/ant)</strong></p>