Tekan Angka ‘Stunting’ dengan Tidak BAB Sembarangan

oleh
oleh
Harrysinto Linoh, Kepala Dinas Kesehatan Sintang

SINTANG, KN – Tubuhnya pendek dan kurus. Pendiam. Wajahnya tampak lebih muda dari anak seusianya. Pertumbuhan dan perkembangannya melambat, tak seperti data pertumbuhan ekonomi yang terus melesat. Itulah potret anak stunting yang dialami satu dari setiap tiga anak yang tersebar di seluruh daerah Indonesia.

Stunting bukan hanya persoalan individu, tapi juga menyangkut eksistensi sebuah bangsa. Indonesia yang akan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2030 bisa sia-sia apabila masih banyak balita gagal tumbuh akibat gizi kronis.

Bonus demografi tak akan berarti apa-apa tanpa generasi muda yang sehat jiwa dan raga. Tentunya bermula dari balita yang sehat pula.

Olehkarenanya, Dinas Kesehatan Sintang menargetkan penurunan angka stunting di Sintang mencapai 18 hingga 16 persen.

Dimana, Kepala Dinas Kesehatan Sintang, Harrysinto Linoh mengaku angka stunting Sintang saat ini berkisar 24 persen. Penyebabnya adalah lingkungan yang kurang baik. Seperti Buang Air Besar (BAB) sembarangan.

“Sekarang kita di posisi 24 persen ya, tapi ke depannya kita target 18 hingga 16 persen angka stunting Sintang,” kata Harrysinto Linoh, Senin (2/3/2020).

Karena itu, Sinto mengajak masyarakat Sintang agar ‘stop’ BAB sembarangan. Dengan demikian, angka stunting diyakininya akan turun.

“Jadi, kita lebih menekankan kepada angka Stunting di Kabupaten Sintang dan juga jaminan kesehatan bagi masyarakat,” ungkapnya.

Terkait dengan jaminan kesehatan masyarakat, Harysinto Linoh menghimbau kepada masyarakat agar dapat menggunakan asuransi kesehatan BPJS.

“Kita menghimbau kepada masyarakat, untuk segera menggunakan asuransi kesehatan BPJS, bagi masyarakat yang belum memiliki BPJS, silahkan langsung mendaftar, semua masyarakat harus memiliki jaminan kesehatan dalam bentuk BPJS,” pungkasnya. (*)