Tim Ekspedisi Khatulistiwa Tak Jumpai Hutan Ulin

oleh
oleh

Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Koordinator Wilayah 08 Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Kalimantan Selatan tak menjumpai hutan kayu ulin (kayu besi) di wilayah Pegunungan Meratus kawasan tersebut. <p style="text-align: justify;">"Dari hasil penjelajahan tim hanya menemukan beberapa pohon kayu ulin saja," kata Mayor Sus Komaruddin didampingi beberapa peneliti dan tim lainnya di Hantakan HST, sekitar 190 Km Utara Banjarmasin, Sabtu.<br /><br />Walau tim tak menemukan hutan kayu ulin tetapi mereka menemukan beberapa pohon kayu ulin di puncak gunung.<br /><br />Selain itu mereka juga menemukan sebuah kampung yang disebut "Kampung Ulin Bajanggut" yang di kampung tersebut masih tumbuh satu pohon kayu ulin setinggi 30 meter dan diameter batang pohon 120 sentimeter.<br /><br />Pohon kayu ulin tersebut agaknya dipelihara warga Dayak Meratus dan dikeramatkan yang berada di Desa Kiyu.<br /><br />Dari beberapa bekas tebangan kayu ulin, diperkirakan kawasan tersebut diperkirakan tadinya merupakan hutan kayu ulin yang terus ditebang sehingga tinggal beberapa batang yang masih utuh.<br /><br />Kayu ulin sejak zaman Belanja memang selalu menjadi incaran warga karena kualitas kayu yang paling baik, sehingga kayu itu terus ditebang bukan saja untuk bahan bangunan rumah, tetapi juga diolah menjadi atap rumah yang disebut sirap.<br /><br />Walau tak menemukan hutan kayu ulin tetapi tim masih menemukan hutan kayu ekonomis lainnya, seperti kayu meranti atau yang disebut pohon damar putih atau damar hitam.<br /><br />Bahkan dari sekian pohon meranti tersebut terdapat sebatang pohon yang begitu besar sampai lingkar pohon mencapai 12 meter dengan garis tengah tiga meter.<br /><br />Berdasarkan keterangan, ekspedisi putaran pertama 18 April hingga 2 Mei 2012 wilayah pengamatan Gunung Halau-halau, dan hutan sekitarnya kemudian ke Batu Kembar, ke Kampung Kiyu.<br /><br />Kemudian ke arah Desa Juhu ke Batu Sebiji dan Juhu Batu Bincatan, Sumbai, Atiran,kembali ke Desa Kiyu.<br /><br />Selain itu tim juga meneliti mengenai reptil dan ampibhi dimulai dari Gunung Pindihan, Gunung Paku, Gunung Tilai.<br /><br />Metode yang digunakan dalam pergerakan ini menggunakan metode Visual Encounter Survey (VES) dipadukan dengan metode pencarian berbatas waktu (Time Search) selama 2 jam tiap pencarian.<br /><br />Selain itu menggunakan metode road cruising yaitu berjalan mengikuti alur jalan dan mendata jenis-jenis amfibi dan reptil yang dijumpai pada daerah tersebut. Lokasi yang diamati adalah gunung Tindihan, Gunung Paku dan Gunung Tilai. <strong>(phs/Ant)</strong></p>