Tingkat kekeruhan air Sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan tergolong merisaukan. <p style="text-align: justify;">Direktur Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) Bandarmasih, Kota Banjarmasin, Muslih, Rabu, mengakui, tingkat kekeruhan air sungai Martapura yang merupakan sumber ait baku perusahaannya itu belakangan ini meningkat.<br /><br />Akibat dari tingkat kekeruhan sedemikian itu mengganggu sistem pengolahan air bersih di perusahannya, di antaranya adalah limbah yang dihasilkan menjadi luar biasa.<br /><br />Masalahnya, kekeruhan tersebut disebabkan begitu tingginya kandungan partikel di air tersebut, sehingga air berwarna keruh dan kemerahan.<br /><br />Tingkat kekeruhan tinggi tersebut terjadi sekitar seminggu saat terjadi hujan lebat di kawasan hulu sungai. Namun kini sudah berangsur turun.<br /><br />Menurut Muslih, tingkat kekeruhan yang ideal untuk diolah menjadi air bersih hanya 100 mto perliter, tetapi hasil laboratorium ternyata air Martapura mencapai 5000 mto perliter.<br /><br />Dengan kandungan partikel begitu besar di dalam air menandakan kawasan resapan air di hulu Sungai Martapura yakni kawasan Pegunungan Meratus sudah rusak.<br /><br />Kerusakan kawasan resapan air di Pegunungan Meratus tersebut setelah terjadi penggundulan hutan, di mana terdapat kegiatan penebangan kayu dan pertambangan batu bara.<br /><br />Akibat penggundulan hutan menyebabkan erosi dan bila terjadi hujan sedikit saja maka partikel tanah merah, pasir, dan debu dan lainnya ikut larut dan masuk ke dalam sungai yang terus mengalir ke muara hingga ke Kota Banjarmasin.<br /><br />Oleh karena itu, Muslih berharap pihak yang berkompetan melakukan tindakan yang bisa mengurangi kerusakan kawasan hutan di kawasan resapan air tersebut untuk memelihara air sungai agar tidak rusak seperti itu. <strong>(phs/Ant)</strong></p>