Toraja International Festival 2013 Digelar Pekan Depan

oleh
oleh

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada 28–30 Desember menggelar sebuah festival budaya tingkat dunia yakni Toraja Internasional Festival (TIF) 2013. <p style="text-align: justify;">Kepala Subdit Promosi wilayah Kalimantan dan Sulawesi Kemenparekraf, Trindiana Tikupasang, mengatakan festival ini akan diisi oleh ratusan peserta dari dalam dan luar negeri. Adapun sasaran target pengunjung di acara itu sekitar 3.000 orang.<br /><br />Ia berharap festival ini dapat menjadi bagian alat promosi pariwisata di Toraja dan mendongkrak wisatawan mancanegara ke Sulawesi, terutama Toraja. <br /><br />”Kita ingin Toraja menjadi destinasi wisata pilihan di pulau Sulawesi dan ingin para peserta dan pengunjung mengekspos alam dan seni budaya Toraja ke luar negeri, apalagi grup musik yang diundang ada dari Afrika, Eropa, Kanada, bahkan Asia Tengah,” kata Trindiana dalam rilis berita yang diterima ANTARA News, <br /><br />”Ini memungkinkan karena event ini berskala internasional. Kami harap wisman meningkat ke Toraja, dan bisa mengejar target kunjungan wisman nasional hingga akhir 2013 yakni 8,6 juta,” tambahnya. <br /><br /><br />Ragam acara di TIF 2013<br /><br />Direktur TIF 2013, Franky Raden mengatakan dalam TIF 2013 akan ditampilkan berbagai kegiatan seperti seminar internasional yang membahas culture tourism dengan menghadirkan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar, workshop tenunan dan memahat dan workshop fotografi. <br /><br />Ia mengatakan, terdapat dua acara utama yakni sesi pembukaan di sebuah desa bernama Desa Ketekesu, Makale. Desa itu merupakan salah satu desa tertua di Tana Toraja yang berusia sekitar 900 tahun.<br /><br />Kemudian, penutupan TIF 2013 yang akan diadakan di Bukit Ge’tengan, sebuah wilayah perkemahan raksasa yang akan dijadikan arena festival World Music dengan nama Toraja World Music Camp and Festival yang akan berlangsung 29-30 Desember<br /><br />Sejumlah kelompok musik akan tampil dalam festival ini, yakni: Debu (Amerika Serikat/ Jawa Barat), Supa Kalulu (Zimbabwe), Vieux Cissokho (Senegal), Orchid House Orchestra (Italia), Jeannette Lambert (Kanada), Gilles Saissi (Perancis), Aigul Elkenbayeva (Kazakhstan), Indonesian National Orchestra (Indonesia), Modero (Palu), Saleum (Aceh), Rebana Betawi (Jakarta), Kolintang (Sulawesi Utara), Batara Gowa (Makassar), Madandan (Toraja), dan lain-lain. <br /><br />Tak hanya itu, para pemusik dari mancanegara dan nusantara ini akan memberikan workshop musik, yaitu, Anello Capuano (mengenai aransemen musik digital untuk alat musik tradisional), Reg Swagger (soal teknik bermain gitar Jazz), I Nyoman Windha (mengenai Kecak dan Gender Wayang) dan Alfian (soal Rebana Biang, Hadroh dan Kecimpring). <br /><br />Franky menjelaskan penutupan TIF menampilkan 300-an perempuan yang melantunkan nyanyian mantra dan diiringi dengan grup Indonesia National Orchestra. Orkestra ini merupakan paduan alat-alat tradisional dari Sabang sampai Merauke. <br /><br />”Seluruh grup musik dalam dan luar negeri, yang jumlahnya 20 kelompok ikut pada penutupan itu,” ujarnya. <br /><br />TIF 2013 akan diselenggarakan sekaligus di dua kota kabupaten yaitu Makale di Tana Toraja dan Rantepao di Toraja Utara. <strong>(das/ant)</strong></p>