Universitas Indonesia (UI) kembali menambah jumlah Guru Besarnya dengan mengukuhkan dua profesor dari Fakultas Teknik (FT) atas nama Prof Ir Isti Surjandari Prawiradinata, MT, MA, Ph.D sebagai Guru Besar Tetap bidang rekayasa kualitas dan Prof Dr Ir HR Danardono Agus Sumarsono, DEA, PE sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang teknik otomotif dan desain rancang bangun mekanikal pada Kamis (21/3/2013) di Balai Sidang UI Kampus Depok, yang dipimpin oleh Ketua Dewan Guru Besar UI Prof Dr dr Biran Affandi, SpOG (K). <p style="text-align: justify;">Dalam pidatonya berjudul “Peran Rekayasa Kualitas dalam Meningkatkan Daya Saing Industri di Era Globalisasi”, Prof Isti mengatakan, di era globalisasi atau “borderless region” memberikan konsekuensi pada tidak adanya pembatasan lalu lintas barang dan jasa antar wilayah atau kawasan sehingga konsumen semakin memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya.<br /><br />Untuk itu, baik industri manufaktur maupun jasa perlu meningkatkan dan mempertahankan kualitas yang dapat memberikan keunggulan kompetitif. Proses peningkatan kualitas produk maupun proses ini merupakan fokus dari Rekayasa Kualitas.<br /><br />Berdasarkan peringkat daya saing global yang dikeluarkan oleh International Institute for Management Development (IMD), untuk tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat ke-42 dari 59 negara, sementara Malaysia berada pada peringkat-14 dan Thailand peringkat-30. Untuk itu, dibutuhkan upaya ekstra untuk terus mendorong Indonesia semakin mampu bersaing di pasar global.<br /><br />Seperti yang diutarakan Prof Koh Young Hun dari Hankuk University Korea Selatan, terdapat dua musuh utama yang merupakan ciri negara berkembang, yaitu kebodohan dan kemalasan, dan keduanya merupakan cikal bakal kemiskinan.<br /><br />Jika dikaitkan dengan pengertian produktivitas dan kualitas dalam bidang Rekayasa Kualitas, maka kebodohan dapat dianalogikan sebagai rendahnya kualitas, sedangkan kemalasan menggambarkan rendahnya produktivitas.<br /><br />Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita semua untuk dapat meningkatkan kualitas dan sekaligus produktivitas nasional, yang tentunya perlu didukung oleh komitmen pimpinan dalam menanamkan budaya kualitas. Bagi Rekayasa Kualitas, hal ini merupakan tantangan, sekaligus kesempatan untuk dapat berkiprah dalam upaya meningkatkan daya<br />saing industri nasional di era globalisai ini.<br /><br />Lebih lanjut, Prof Danadorno menyampaikan pidato berjudul “Menuju Kemandirian Industri Alat Transportasi Darat Nasional Masa Depan Berbasis penguasaan teknologi Rancang Bangun dan Manufaktur”. Menurutnya kendaraan listrik merupakan solusi masa depan untuk mewujudkan kelestarian lingkungan dan ketahanan nasional di bidang energi. Salah satu ikon produk kendaraan masa depan menggunakan teknologi sangat maju dalam sistem transportasi modern Indonesia adalah Mobil listrik nasional.<br /><br />Sejak tahun 2001, Prof Danardono beserta tim di Departemen Teknik Mesin FTUI telah melakukan penelitian kendaraan ramah lingkungan serta hemat energi dan terus mengembangkan ke arah riset kendaraan ringan berbasis teknologi hibrida. Kendaraan riset listrik hibrida Makara UI adalah ide untuk menjawab permasalahan kendaraan listrik dalam jangka pendek untuk menekan konsumsi bahan bakar. Hingga tahun 2011, rancangan platform prototype Proto VI sudah penuh mengadopsi teknologi kendaraan hibrida jenis serial-paralel.<br /><br />Selain riset terhadap pengembangan kendaraan listrik, Prof Danardono juga cukup intensif pada kajian pemodelan untuk mengetahui dan memperbaiki kinerja suatu rem mobil listrik maupun transportasi lainnya seperti Mass Rapid Transportation dan Monorail.<br /><br />Menurut pemegang paten “alat pengatur variasi gerak terputus-putus penghapus kaca kendaraan bermotor” ini, tantangan utama kendaraan listrik terletak pada teknologi baterai yang merupakan sumber pasokan energi utama kendaraan listrik. Tantangan lain yang harus diantisipasi dan dikawal oleh pemerintah guna terciptanya Mobil Nasional adalah dalam menjawab tekanan dari produsen otomotif asing yang sangat resisten serta berkepentingan karena menguasai pangsa pasar sangat besar di Indonesia.<br /><br />Maka dalam menjawab tantangan tersebut, dibutuhkan sinergi yang kuat antara akademisi, industri dan pemerintah sesuai dengan peranannya masing-masing. Ketiganya harus memiliki saling ketergantungan satu dengan lainnya agar dapat mendukung kemandirian industri alat transportasi darat nasional. <strong>(das/rri)</strong></p>