Veteran Kaltim Kecam Pemagaran Monumen Perjuangan

oleh
oleh

Veteran di Provinsi Kalimantan Timur mengecam keras atas pemagaran monumen perjuangan kemerdekaan RI di Teluk Lerong, Samarinda, karena dinilai tidak menghargai perjuangan pahlawan yang rela mengorbankan nyawa demi kemerdekaan. <p style="text-align: justify;">"Di lokasi monumen itu merupakan salah satu titik pertempuran pejuang Samarinda melawan Belanda sebelum merdeka sampai meredeka. Di situ ada dua teman kami yang gugur, makanya dibuatkan monumen, tapi saya mau menangis setelah melihat tugu itu dipagari seng," kata mantan Ketua Markas Daerah LVRI Kaltim Anang Anwari di Samarinda, Selasa.<br /><br />Dia mengaku baru mengetahui bahwa monumen perjuangan di Samarinda itu dipagar karena jarang keluar rumah, mengingat usianya sudah uzur yang sudah 97 tahun.<br /><br />Di samping itu, dia juga lama tinggal di Balikpapan, tempat keluarganya, sehingga tidak mengetahui keberadaan monumen yang seharusnya dirawat oleh negara tersebut.<br /><br />Tetapi setelah pulang ke Samarinda, dia melihat situs sejarah itu justru telah dipagar seng, sehingga masyarakat tidak mengetahui bahwa di dalam pagar terdapat monumen yang seharusnya dapat diketahui generasi penerus, yakni sebagai bukti bahwa di lokasi itu pernah terjadi pertumpahan darah melawan penjajah.<br /><br />Di zaman penjajahan Belanda, lanjut Anang, beberapa meter dari tugu tersebut pernah berdiri gedung cukup megah milik Ooast Borneo Maatschappi (OBM), sebuah perusahaan tambang batu bara yang lahan penambangannya di Loa Kulu yang kini masuk Kabupaten Kutai Kartanegara.<br /><br />Gedung dan lingkungannya kala itu menjadi sasaran tembak bagi pejuang di Samarinda karena kawasan itu sering digunakan sebagai tempat pesta dan dansa oleh para penjajah.<br /><br />Hingga suatu ketika, tepatnya pada 15 Januari 1947 terjadi perlawan besar di lokasi itu oleh Belanda, sehingga dua dari pejuang Samarinda gugur saat terjadi baku tembak.<br /><br />Untuk memperingati peristiwa perjuangan melawan penjajah, maka pada 1970 dibangun tugu di lokasi itu. Saat dibangun, tugu itu berada di tengah taman kota yang cukup rindang.<br /><br />Namun katanya lagi, seiring adanya perkembangan kota yang pesat, kemudian keberadaan taman tergusur oleh pengembangan jalan, sehingga tugu tersebut kemudian tidak diperhatikan oleh pemerintah.<br /><br />Lahan tugu tersebut dulunya adalah milik Pemkot Samarinda, tetapi Anang kaget karena di kawasan itu sudah berdiri papan yang betuliskan akan dibangun oleh sebuah perusahaan.<br /><br />"Saya sedih melihat monumen sejarah yang tak terawat itu. Saya tadi juga sudah ke perusahaan yang akan membangun di lokasi itu. Kata salah satu karyawannya, lahan itu sudah dilakukan tukar guling dengan lahan di Rawa Indah saat Wali Kota Samarinda masih dijabat Achmad Amins," kata Anang sedih.<br /><br />Dia menuturkan, kalau memang benar lahan itu sudah dilakukan tukar guling, maka dia tidak mempermasalahkan akan dibangun apa, tetapi satu hal yang paling penting adalah agar keberadaan monumen perjuangan tidak dirusak, tetapi justru harus dipelihara. (das/ant)</p>