Mayoritas korban kebakaran hebat Pasar Inpres yang menghanguskan 212 kios, Senin (11/2/2013) merupakan warga perantau dari Sumatera Barat, maka bentuk solidaritas Ikatan Keluarga Sumatra Barat (IKSB) Kabupaten Sintang mendirikian Posko peduli kebakaran. <p style="text-align: justify;">“Ini adalah sepontanitas warga IKSB. Dan ini adalah bukti keprihatinan kami,” Jelas Koordinator penggalangan dana, Sutan Akir Ali media ini Senin (18/2/2013) dilokasi kebakaran.<br /><br />“Walaupun kegiatan ini di sepongsori oleh IKSB, namun bantuan ini untuk seluruh warga yang tertimpa musibah, bukan hanya masyarakat Asli Sumatera Barat,” tuturnya<br /><br />Dalam tiga hari saja dana yang sudah terkumpul mencapai belasan juta rupiah. Dana tersebut di peroleh selain dari donatur yang ada di Kabupaten Sintang, dana tersebut kumpulkan dari masyarakat yang kebetulan melintasi pasar Inpres Sintang.<br /><br />“Ada sebagian dari tokoh masyarakat Padang dan sebagian dari masyarakat umum,” kata Sutan.<br />Setelah terkumpul, dana tersebut menurutnya akan segera di berikan kepada korban yang sudah tidak memiliki tempat berdagangan.<br /><br />”Ini hanya sekedar membantu. Walapun jumlahnya tidak banyak namun yang terpenting kebersamaan tetap harus di jalin,” ujarnya.<br /><br />Sementara Tokoh Masyarakat Sumbar di Sintang Hery Firhansyah mengaku sangat prihatin dengan kebakaran yang melanda kawasan Pasar Inpres Sintang. Menurutnya kebakaran yang menghanguskan ratusan ruko tersebut bukan saja dirasakan oleh warga Sumatera Barat yang berjualan di pasar tersebut, namun kebakaran tersebut juga berimbas pada pelaku usaha lainya.<br /><br />Ekses Kebakaran Pasar Inpres Sintang menyebabkan sejumlah pedagang tidak dapat membayar arisan, menurut Buyung para pedagang di Pasar Inpres ini memilki tradisi arisan antara Rp50.000,- sampai Rp200.000 per hari namun akibat kebakaran ini mereka tidak memilki penghasilan akibatnya ratusan peserta arisan harus menunggak arisan.<br /><br />“Kami terpaksa tidak membayar arisan dulu karena kami tidak memilki penghasilan saat ini, jangankan untuk bayar arisan modal makan dan usaha kami saja sudah tidak ada,” keluh Buyung. <strong>(ast)</strong></p>