Ribuan warga dari berbagai daerah di Provinsi Kalimantan Barat, mulai mengunjungi Keraton Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas sejak pukul 08.00 WIB, kata Ahli Waris Kesultanan Sambas Raden Dewi (50). <p style="text-align: justify;">"Kami mulai hari Kamis (1/9) kemarin sudah membuka Keraton untuk masyarakat umum yang mau berkunjungke Keraton," kata Raden Dewi di Sambas, Jumat.<br /><br />Ia menjelaskan, Keraton Alwatzikhoebillah mulai dibuka pukul 08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB hingga satu minggu ke depannya.<br /><br />Menurut Rade Dewi, kebayakan pengunjung dari luar Kabupaten Sambas, seperti dari Kota Pontianak, Kota Singkawang, Kabupaten Sanggau, Sintang, Sekadau, Bengkayang.<br /><br />"Bahkan tahun lalu ada satu rombongan pengunjung mengaku dari Malaysia," ungkapnya.<br /><br />Menurut keturunan raja Sambas yang kesembilan itu, banyaknya pengunjung ke istana itu, karena ingin menyaksikan secara langsung kerajaan Sambas. "Bahkan tidak sedikit pengunjung yang mengakui sengaja datang karena untuk bayar niat," katanya.<br /><br />Bayar niat dimaksud, yakni apabila seseorang berniat setelah sukses atau sembuh dari penyakit akan berkunjung ke kerabat dan Keraton Kesultanan Sambas, kata Raden Dewi.<br /><br />"Tidak sedikit juga warga antre mengambil air sumur yang dulunya digunakan untuk mandi oleh putri-putri kerajaan," katanya.<br /><br />Yanti (30) salah seorang pengunjung dari Desa Sempalai, Kecamatan Tebas mengaku, kagum dengan masih terawatnya Istana Sambas.<br /><br />"Karena banyaknya pengunjung apalagi banyak yang tidak tertib sehingga terkesan tidak menghormati cagar budaya itu, seperti makan, merokok di dalam istana dan memasukkan sandal di teras," ujar Yanti kesal.<br /><br />Yanti berharap, ke depannya petugas atau ahli waris membuat aturan yang lebih tegas agar pengunjung menjadi tertib.<br /><br />Sementara itu, Raden Dewi mengaku tidak bisa berbuat banyak karena pengunjung yang datang sudah melebihi kapasitas, sementara petugas Keraton hanya dirinya dan beberapa orang lainnya saja.<br /><br />"Dari pagi hingga sore ini pengunjung dari mana saja datang silih berganti, sehingga kami kesulitan dalam melakukan pengawasan," ujarnya.<br /><br />Istana Alwatzikhoebillah dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin (1931-1943), sultan ke-15 Kesultanan Sambas.<br /><br />Pembangunan istana tersebut relatif singkat, yakni dari tahun 1933 sampai tahun 1935. Konon, biayanya untul membangun istana itu sekitar 65.000 gulden, merupakan pinjaman dari Kesultanan Kutai Kartanegara.<br /><br />Saat ini Pemangku Kesultanan Sambas dipercayakan kepada Pangeran Ratu M. Tarhan Winata Kesuma, sejak Pebruari 2008 yang saat ini baru duduk di bangkus Sekolah Menengah Umum, ayahnya Pangeran Winata Kesuma telah meninggal. <strong>(das/ant)</strong></p>