Warga Palangka Raya Kurangi Aktivitas Akibat Asap

oleh
oleh

Kabut asap makin pekat menyelimuti seluruh wilayah Palangka Raya menyebabkan warga ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah itu mengurangi aktivitas dan mengurung diri di rumah masing-masing. <p style="text-align: justify;">Pantauan Antara Kamis pagi, ketebalan asap semakin pekat dengan partikel debu yang sangat terasa ketika berada di luar rumah serta rasa perih di mata.<br /><br />Jalan-jalan di Kota Palangka Raya yang biasanya ramai tampak lengang dan tak banyak warga yang beraktivitas. Lalulintas kendaraan di jalan seperti di kawasan Jalan RTA Milono yang merupakan salah satu ruas jalan protokol di ibu kota Provinsi Kalteng lebih lengang.<br /><br />Wali Kota Palangka Raya HM Riban Satia telah mengeluarkan surat edaran yang isinya meliburkan seluruh sekolah Taman Kanak-Kanak atau Pendidikan Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Dasar (SD) hingga sepekan ke depan atau sampai Rabu (16/9).<br /><br />Sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) jam masuk sekolah ditunda menjadi pukul 09.00 WIB dan kembai ke rumah ba’da Shalat Dhuzur atau pukul 13.00 WIB.<br /><br />Kebijakan Wali Kota Riban Satia meliburkan dan menunda jam masuk sekolah atas pertimbangan kabut asap yang membawa partikel debu dari terbakarnya lahan sudah pada kategori membahayakan bagi kesehatan manusia.<br /><br />Pemerintah Provinsi Kalteng juga menyatakan, daerah itu dalam kondisi tanggap darurat bencana kebakaran lahan dan kabut asap.<br /><br />Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Joko Eko HS, SP,MP memprediksi kabut asap pekat yang menyelimuti wilayah udara Palangka Raya dan beberapa kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah terus berlangsung hingga beberapa pekan ke depan.<br /><br />Upaya pemadaman secara manual dan konvensional tidak bisa mengatasi kebakaran lahan gambut dengan luasan yang terus bertambah dan bahkan menyasar ke sekitar kawasan pemukiman penduduk.<br /><br />"Keterlambatan penanganan dari kebakaran lahan skala kecil sebagai penyebab wilayah udara Kalteng terkepung kabut asap yang sudah berdampak bagi berbagai aktivitas dan ancaman kesehatan warga," ucap Joko Eko yang juga peneliti senior bidang pertanian dan kehutanan itu.<br /><br />Titik api baru Kebakaran semak belukar di atas lahan bergambut di beberapa lokasi di pinggiran Palangka Raya dan ditambah beberapa titik api baru pada lokasi lain sekitar awal Agustus 2015 menyebabkan kabut asap yang menyelimuti wilayah udara ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah itu bertambah pekat.<br /><br />Dalam sebulan terakhir kabut asap di Kota Palangka Raya tidak berubah dan bahkan menebal disertai partikel debu yang mulai menimbulkan masalah kesehatan warga penduduk setempat.<br /><br />Keluhan sakit tenggorokan dan pernafasan mulai dirasakan warga Palangka Raya, termasuk anak-anak.<br /><br />Menurut informasi yang dihimpun, kunjungan pasien ke tempat praktik dokter di Kota Palangka Raya terbesar dengan keluhan gangguan sakit pada tenggorokan disertai flu dan batuk.<br /><br />Seorang dokter spesialis anak di Palangka Raya dr Ni Made Yuliandri, SpA, anak-anak dengan keluhan infeksi pernafasan bagian atas terus meningkat bersamaan kabut asap yang terjadi di Palangka Raya.<br /><br />"Gejala yang sering dikeluhkan anak-anak flu, batuk dan biasa diikuiti suhu tubuh panas tinggi," kata Ketua Asosiasi Dokter Anak Kota Palangka Raya itu.<br /><br />Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palangka Raya, Anwar Gayo mengatakan, meluasnya sebaran titik api kebakaran lahan dan semak belukar di pinggiran Kota Palangka Raya, mulai membuat repot dan kewalahan para petugas yang tergabung dalam Tim Serbu Api.<br /><br />"Kami mulai kesulitan untuk memadamkan titik api meskipun api kecil dan baru, karena sumber air yang biasa diambil dari parit besar yang mengelilingi lahan saat ini sudah mengering karena lama tidak hujan," kata Peri Abuk, seorang petugas Tim Serbu Api. (das/ant)</p>