Kualitas air di Sungai Mendalam, Kabupaten Kapuas Hulu, mulai membaik seiring perbaikan lingkungan di sepanjang daerah aliran sungai yang menjadi salah satu sumber air baku PDAM untuk Kota Putussibau. <p style="text-align: justify;">Manajer Program Kalimantan Barat WWF Indonesia, M Hermayani Putera di Pontianak, Kamis mengatakan, untuk mengatasi permasalahan kualitas sungai di Kalbar, ada program EPWS (Equitable Payment for Watershed Services) atau Kesetaraan Imbal Jasa DAS di Sungai Mendalam, Kabupaten Kapuas Hulu yang dimulai sejak tahun 2006.<br /><br />Menurut dia, program itu diusung WWF-Indonesia, CARE dan IIED, yang didukung oleh DGIS melalui WWF Belanda.<br /><br />Ia melanjutkan, hasil studi analisis kualitas air di Sungai Mendalam selama 4 tahun terakhir (2009 – 2012) oleh WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat bekerjasama dengan ICRAF, LIPI serta PDAM Tirta Dharma, menunjukkan penurunan signifikan pada tingkat kekeruhan air.<br /><br />Konsentrasi rata-rata kekeruhan, dari 13,2NTU (Nephelometric Turbidity Unit) pada Juli 2009 menjadi 8,4NTU (36,4 persen) saat pengukuran Juni-Juli 2012.<br /><br />Selain itu, konsentrasi sedimen juga cenderung menurun sekitar 41,6 persen; dari 26,4mg/liter (2009) menjadi 15,4mg/liter pada 2012.<br /><br />"Hal ini menjadi indikasi awal bahwa terdapat dampak yang positif dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada Program EPWS di Sungai Mendalam. Untuk meningkatkan dampak yang lebih luas, kami merekomendasikan kegiatan seperti ini perlu dilakukan di dua sungai lainnya, yaitu Sungai Sibau dan Sungai Kapuas," kata Hermayani.<br /><br />Sejumlah kegiatan selama program berlangsung diantaranya restorasi di areal longsor sepanjang tepian Sungai Mendalam dengan kegiatan pemetaan areal kritis.<br /><br />Kemudian, penanaman 140.000 bibit pohon dengan jenis budidaya seperti coklat, karet lokal dan karet unggul, juga jenis-jenis tanaman lokal bermanfaat seperti belian, tengkawang dan gaharu. Secara keseluruhan, total areal restorasi di 5 desa mencakup lebih kurang 212 hektare.<br /><br />Selain itu, juga dilakukan peningkatan kapasitas masyarakat melalui studi banding tentang pengelolaan karet ke PTPN XIII di Sintang, pelatihan pembibitan sampai dengan penanaman, pelatihan pengukuran debit air sungai, teknik pengambilan sampel air, dan pengukuran volume longsor.<br /><br />Program ini juga telah memasang tiga unit alat ukur curah hujan (automatic rain gauge) dan dua unit alat ukur tinggi-rendah permukaan air sungai (automatic water level recorder).<br /><br />"Semua kegiatan monitoring dan kajian konsentrasi sedimen ini melibatkan masyarakat di lima desa di tepian Sungai Mendalam," kata Hermayani. <strong>(phs/Ant)</strong></p>