Zulkifli Hasan Minta, Stop Opini Resahkan Masyarakat

oleh
oleh

Keresahan sosial politik Indonesia saat ini, harus segera disikapi dengan cara tidak saling provokasi dan tidak saling propaganda kepentingan kelompok. Jika itu dilakukan, maka dikhawatirkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap negara kesatuan Indonesia (NKRI) akan goyah dan timbul rasa curiga. <p style="text-align: justify;">“Ini masalah kesadaran pribadi dan juga kelompok untuk tidak saling memperkeruh keadaan. Negara ini dibentuk dari nilai-nilai Pancasila yang mengokohkan Indonesia menjadi tidak runtuh. Sehingga, menjadi negara yang lebih tangguh, dan patriotisme yang tinggi,” ujar Ketua Majelis Permusyarawatan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan, Rabu (8/2).<br /><br />Menurut Zulkifli Hasan yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), yang resah saat ini adalah masyarakat. Masyarakat yang sudah melek teknologi akan mencerna informasi seadanya tanpa tahu kebenarannya.<br /><br />“Masyarakat melihat kalangan tertentu saling menyerang opini, saling menyudutkan kebijakan lama dan baru, juga saling mengklaim kebenaran. Ini yang harus disadari dampaknya. Tidak hanya negara, tapi individu dan kelompok juga yang dirugikan,” ujar mantan Menteri Kehutanan ini.<br /><br />Jika masalah itu terus terjadi, Zulkifli Hasan mengatakan, maka yang diuntungkan adalah opini media sosial yang tidak beraturan alias Hoak.  Karena orang yang berada di belakang keresahan media sosial itu,  katanya lagi, mereka yang aspirasinya tersumbat. “Mau demo, mereka (kalangan hoak) anggap tidak efektif menyampaikan aspirasinya,” ujarnya.<br /><br /> “Dan akhirnya,  kalangan hoak ini menyalurkan kegelisahannya dengan menggalang opini di media sosial. Saling sahut dan menyahut, dan akhirnya menjadi blunder aspirasinya. Yang terjadi, saling lempar gosip yang tidak benar dengan menggunakan istilah ‘kabarnya’, ‘isunya’ dan lainnya dengan sumber tidak jelas,” ujar pria kelahiran Lampung ini.<br /><br />Agar tidak semakin blunder masalah opini dan lainnya, Zulkifli Hasan menyarankan, semua kalangan berpikir jangka panjang untuk bangsa Indonesia.  “Kepercayaan, itu yang mestinya dikedepankan oleh semua kelompok. Jangan sampai dalam hati kecil masyarakat, justru kekalutan ini akan dijadikan bahan tertawaan yang membodohi bukan karena lucu,” ujarnya.(Rls)</p>