BERAU, KN – Pemerintah Kabupaten Berau melalui Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) terus berupaya memperkuat industri cokelat lokal dengan strategi diversifikasi produk untuk memperluas jangkauan pasar. Fokus utama diarahkan pada penciptaan varian produk yang dapat menyasar berbagai segmen konsumen, mulai dari anak-anak hingga wisatawan yang mencari oleh-oleh khas berkualitas tinggi.
Kepala Diskoperindag Berau, Eva Yunita, mengungkapkan bahwa harga cokelat lokal saat ini masih relatif tinggi, berada di kisaran Rp 35.000 hingga Rp 40.000 per satuan. Hal ini membuat produk lokal kurang kompetitif dibandingkan cokelat pabrikan yang dijual dengan harga lebih murah di pasaran.
“Di pasaran umum, masyarakat bisa mendapatkan cokelat hanya dengan beberapa ribu rupiah. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi produk lokal kita,” ujar Eva pada Selasa, 27 Mei 2025.
Sebagai langkah konkret, Diskoperindag mendorong pelaku usaha untuk memproduksi cokelat dalam kemasan kecil dengan harga yang lebih terjangkau, terutama untuk kalangan pelajar. Di saat yang sama, pelaku industri juga diminta mengembangkan varian premium yang memiliki nilai estetika dan daya tarik sebagai suvenir khas Berau.
Upaya ini merupakan bagian dari strategi penguatan industri cokelat secara menyeluruh dari hulu ke hilir. Untuk mendukung pengembangan teknis dan inovasi produk, Diskoperindag menggandeng Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember. Kerja sama ini telah dimulai melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) tahun lalu, dan pada tahun ini akan mulai diimplementasikan secara penuh.
“Puslitkoka akan membantu kami dalam pendampingan teknis dan pengembangan produk secara berkelanjutan. Tahun ini mereka siap terjun langsung,” tambah Eva.
Sinergi lintas sektor juga diperkuat. Dinas Perkebunan (Disbun) Kabupaten Berau mengambil peran dalam peningkatan kualitas bahan baku, termasuk melalui penyediaan bibit kakao unggul dan pembinaan kepada para petani.
“Disbun akan fokus pada penguatan di sektor hulu, seperti pembibitan dan budidaya kakao. Sedangkan kami menangani aspek pengolahan hingga distribusi,” jelasnya.
Eva berharap, melalui pola kerja kolaboratif ini, industri cokelat lokal Berau bisa tumbuh menjadi lebih berdaya saing, berkelanjutan, dan mampu mengangkat citra Berau sebagai salah satu daerah penghasil cokelat unggulan di Indonesia.














