PDS: Bangun Kerukunan Sesama Dari Lingkup Keluarga

oleh
oleh

Ketua Umum DPP Partai Damai Sejahtera, Denny Tewu berpendapat pembangunan kerukunan sesama warga, apa pun latar belakangnya mestinya dimulai dari lingkup keluarga. <p style="text-align: justify;"><br />"Tidak bisa kita menyerahkan seratus persan upaya membangun kehormanisan antar warga, antar agama dan antar golongan hanya pada peran para elite, apalagi elite politik," tegasnya di Jakarta, Jumat (28/01/2011). <br /><br />Denny Tewu yang memimpin DPP Partai Damai Sejahtera (PDS) sejak 2010 ini mengemukakan pendapatnya itu, merespons maraknya konflik antar warga yang dipicu oleh ketidakharmonisan hubungan antar agama, suku maupun golongan di berbagai daerah. <br /><br />"Di lingkungan keluarga, si anak sedari kecil sudah diberi pemahaman, bahwa dia hidup di lingkup masyarakat yang majemuk, yang plural, yang bermacam-macam latar belakang agama, suku maupun golongan. Itulah `given` dan kekayaan serta anugerah Tuhan bagi Indonesia," ujarnya. <br /><br />Dengan pemahaman yang ditanamkan sedini mungkin, menurutnya, generasi muda bisa dibangun karakter dan mentalnya sebagai bagian dari sebuah integritas bangsa Indonesia. <br /><br />"Selanjutnya, tentu di masa pertumbuhan berikutnya, peran para pimpinan masyarakat, tokoh gereja dan ulama serta rohaniwan, termasuk elite birokrasi maupun politik, punya peran untuk mendinamisasi kebersamaan dalam kepelbagaian. Jadi, bukannya malah mempolitisasi demi kekuasaan atau hegemoni duniawi yang sesat," katanya. <br /><br /><strong>Peran Pendidikan Agama </strong><br /><br />Sementara itu, Ketua Bidang Pendidikan, Pariwisata dan Kebudayaan DPP PDS, Tongam Tobing menambahkan, pendidikan agama memiliki peran signifikan dalam membangun keharmonisan hubungan antar sesama manusia. <br /><br />"Jadi, pendidikan agama bukanlah upaya pengkotak-kotakan kelompok dalam sebuah agama tertentu," ujarnya. <br /><br />Namun, yang sangat disayangkan sekarang, menurutnya, kebanyakan dari pola pendidikan agama justru berupaya membangun tembok pembatas satu dengan lainnya. <br /><br />Dalam kaitan itu, Tongam Tobing mendukung pernyataan Romo Magnis Suseno yang disampaikan dalam seminar memperingati setahun wafatnya Gus Dur di Jakarta, beberapa waktu lalu. <br /><br />"Bahwa kurikulum pendidikan nasional memang terkesan belum mengacu pada upaya (membangun keharmonisan dan kerukunan) tersebut. Dan dengan berbagai alasan, dimunculkan seperti pendidikan ektra kulikuler, yang dilakukan melalui pembangunan karakter anak-anak yang eksklusif dan sektarian.," katanya. <br /><br />Bagi Denny Tewu dan Tongam Tobing, ini merupakan cikal bakal yang sangat berpotensi menyumbang kerumitan dalam bangsa ini. <br /><br />"Karena itu, pengetahuan agama hendaknya ditanamkan sebagai modal kepribadian yang terbuka dalam bertumbuh di tengah-tengah keluarga dan masyarakat," kata Denny Tewu. <br /><br />Dia melihat para pendidik agama saat ini cenderung memberi pengetahuan yang tertutup. <strong> (phs/Ant)</strong></p>