Petani Kakao Kutai Timur Kecewa Produksi Menurun

×

Petani Kakao Kutai Timur Kecewa Produksi Menurun

Sebarkan artikel ini

Sejumlah petani kakao di empat desa Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur mengaku kecewa karena produksi mereka menurun. <p style="text-align: justify;">"Selain karena produksi menurun, kami juga kecewa dengan minimnya dukungan pemerintah daerah terhadap para petani. Pemerintah selama ini lebih memetingkan perusahaan besar," kata H Samsir, petani kakao di Teluk Pandan, Jumat malam. <br /><br />H Samsir menyebutkan, menurunnya hasil panen petani antara lain karena tanaman diserang hama penggerek batang. Produksi jauh turun dibandingkan beberaa tahun lalu. <br /><br />"Sudah dua tahun kakao kami di sini tidak bisa panen. Banyak ruginya jika dihitung, terutama untuk biaya perawatan," katanya <br /><br />Padahal, kata dia, beberapa tahun lalu Kecamatan Teluk Pandan, merupakan salah satu daerah penghasil komoditas kakao (cokelat) terbesar yang ada di Kutai Timur. <br /><br />Namun sejak ratasan hektare lahan kakao milik petani Teluk Pandan, Kandolo, Selimpus dan desa lainnya diserang hama penggerek batang tahun lalu, kini hasil panennya pun mengalami penurunan. <br /><br />Petani lainnya, Imran mengakui dua tahun terakhir ini petani kakao rugi, karena diserang hama,sedangkan petani tidak mampu menangani. "Kami hanya petani tradisional dan biaya pas-pasan, sehingga tidak bisa membeli obat – obat yang cukup mahal," katanya. <br /><br />Kenyataan itu kemudian membuat sejumlah petani mengalami kerugian dan kemudian meninggalkan jenis tanaman kakao untuk beralih ke jenis tanaman lain. Padahal harga kakao di pasaran cukup menjanjikan, katanya <br /><br />Imran mengatakan, penurunan hasil kakao petani disebabkan oleh serangan hama penggerek batang, juga penurunan terjadi lantaran sudah tak produktif lagi. Akibatnya, Imran terpaksa menebang pohon tersebut untuk diremajakan lagi, karena sudah berusia tua. <br /><br />Karena itu ada juga petani yang melakukan peremajaan pada tanaman kakaonya, karena merasa semakin rugi kalau ditinggalkan ketanaman lain <br /><br />Harga rata-rata komoditas kakao yang cukup baik bisa mencapai Rp 21 ribu per kilo gramnya(Kg). Terkadang juga harganya turun <br /><br />Dengan harga di atas Rp20.000 per kilogram (Kg), petani bisa untung, karena hasil kakao petani setiap panen berkisar 1-2 ton setiap minggu. <br /><br />"Kami berharap pemerintah mau turun dan mengirim petugasnya membantu kami petani di desa-desa di Teluk Pandan. Jangan hanya erusahaan besar saja yang diperhatikan," katanya. <br /><br />"Pemerintah kan harus mengurus rakyat, bukan mengurus pengusaha," kata Imran, warga Desa Kandolo, yang mengaku produksi kakaonya sangat merosot.<strong> (das/ant)</strong></p>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *