Tidak Ada Barau, Rumah Warga Hampir di Bawa Longsor Pantai

oleh
oleh

MELAWI – Rumah warga di Desa Nanga Man Kecamatan Pinoh Utara nyaris longsor Sungai Melawi. Tanah pinggir sungai sudah mendekati tiang rumah warga. Sementara barau atau beronjong penahan tanah yang diharapkan oleh masyarakat belum dibangun oleh pemerintah.

Herman, seorang warga Dusun Man, Desa Nanga Man mengatakan lokasi longsor yang cukup parah tersebut panjangnya sekitar 300 meter. Saat ini sudah empat rumah terancam mau terkena longsor ke Sungai Melawi kalau lokasi tersebut tidak segera ditangani.

“Warga yang sudah pindah empat Kepala Keluarga (KK). Rumahnya ada yang sudah dibongkar dan ada juga yang sudah ditinggalkan, dan mereka bangun rumah baru dilokasi yang aman,” ungkapnya pada Kapuas Post, Sabtu (3/2).

Menurut herwan, warga tersebut pindah dan meninggalkan runmahnya di daerah yang longsor tersebut karena sudah tidak berani tinggal dirumahnya, mereka khawatir kalau tiba-tiba terjadi longsor sampai membawa rumah mereka terjatuh ke sungai.

“Lokasi longsor sebenarnya tidak hanya di lokasi tersebut, tapi ada satu lokasi lagi kondisinya yang sama. Persoalanya juga sama akibat tendangan arus Sungai Melawi,” ujarnya.

Dikatakan Herman, terkait tanah yang longsor ini, sudah sering kali diajukan atau diusulkan ke pada pemerintah untuk dibangun barau atau beronjong dilokasi tersebut, namun belum ada tanggapan dari Pemda Melawi sampai sekarang.

“Orang yang datang mengambil foto dilokasi longsor ini sudah banyak, tapi tidak ada tindaklanjutnya,” tuturnya.

Ditempat yang sama, Meriadin, salah seorang warga yang dulunya tinggal diloaksi longsor tersebut mengatakan, selama dirinya masih tinggal di rumahnya di lokasi longsor tersebut selalu merasa takut dan was-was.

“Karena ada rasa ketakutan dengan longsor itu, sehingga kami sekeluarga pindah ketampat yang yang agak jauh dari pinggir sungai. Kami buat rumah baru, rumah yang dilokasi longsir kami kosongkan,” ungkapny, belum lama ini.

Menurut Meriadin, dirinya sudah setahun tinggal dirumah rang baru. Selain dia, ternyata adeknya juga pindah, dari lokasi yang longsor tersebut. Hanya saja rumah adeknya sudah dibongkar. Kata dia, yang paling menakutkan saat masih dtinggal dirumah yang ditepi sungai itu, disaat banjir atau air pasang. Karena sampah yang terbawa banjir masuk ke rumah.

“Makanya kalau muncul banjir, kami buat tali penahan rumah, supaya ruimah tidak hanyut,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Nanga Man, Stafarudin mengatakan, dirinya selaku Kepala Desa sudah beberapa kali mengajukan pembangunan barau atau beronjong di daerahnya yang longsor.

“Selama saya menjadi Kepala Desa Nanga Man yang sudah dua periode, usulan pembangunan barau tersebut selalu saya masukan dalam Musrenbang Desa, tapi belum ada tanggapan sampai sekarang,” ungkapnya.

Menurut Syafarudin, jangankan membangun barau tersebut, sudah dua tahun berturut-turut yakni pada tahun 2016 dan 2017, tidak ada kegiatan pembangunan yang bersumber dari APBD Kabupaten Melawi masuk ke Desa Nanga Man.

“Kami juga bingung, apa yang menyebabkan sampai-sampai desa kami ini tidak diberikan kegiatan pembangunan. Kami hanya membangun menggunakan dana desa,” ujarnya.

Dikatakan Syafarudin, dirinya juga sangat prihatin dengan kondisi didesanya, terlebih lagi terhadap warganya yang sekarang terpaksa harus tinggal di rumah yang sudah nyaris jatuh ke sungai tersebut.

“Habis mau bagaimana lagi, pindah ke tampat lain mereka harus buat rumah baru sementara tahulah dengan kondisi ekonomi masyarakat sekarang. Kami mau buat barau sendiri, tidak mungkin kalau hanya menggunakan dana desa,” pungkasnya. (Ed/KN)