Perubahan standar kelulusan tahun 2011 yang lebih mempertimbangkan hasil Ujian Nasional (UN), Ujian Sekolah dan nilai rapor selama tiga tahun, di sambut positif oleh tokoh masyarakat Sintang, H Apong Idris. Ia menilai kalau system kelulusan tersebut lebih menghargai hasil belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. <p style="text-align: justify;">“Selama ini, ada kesan kalau UN sebagai eksekutor kelulusan. Karena hasil UN sangat menentukan. Apalagi, banyak di temui siswa yang berprestasi namun jeblok di UN, malah tak lulus. Nah, dengan system yang baru ini, kerja keras selama tiga tahun sekolah tak lagi terkesan sia-sia,” kata Apong, Rabu (02/02/2011).<br /><br />Ia menilai, standar kelulasan yang lebih mengutamakan hasil UN yang selama ini di pakai, lebih cocok di pakai di daerah perkotaan yang memiliki guru yang cukup serta infrastruktur yang lengkap.<br /><br />“Kalau di Sintang saya kira belum cocok. Karena banyak daerah kita di pedalaman yang kekurangan guru bahkan ada yang tak memiliki guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) sama sekali. Belum lagi kondisi infrastruktur penunjang pendidikan seperti sekolah, perpustakaan maupun fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah yang masiih memprihatinkan,” katanya.<br /><br />Makanya, kata Tokoh masyarakat yang juga ketua PWRI Sintang, dirinya sangat mendukung penuh pemberlakukan standar baru untuk menentukan kelulusan seperti sekarang ini.<br /><br />“Yang lebih tahu kualitas siswanya selama sekolah adalah guru yang mengajar itu sendiri. Guru juga yang tahu bagaimana moral siswanya. Nah, ketika kelulusan lebih mengutamakan hasil UN, US dan nilai rapor, bisa di pastikan kalau siswa yang lulus adalah mereka yang betul-betul memiliki prestasi dan moral yang baik. Karena, bila UN menjadi faktor penting kelulusan, moralitas sepertinya tak berperan. Padahal, dalam dunia pendidikan, hal itu sangat penting,” katanya.<br /><br />Ia juga berharap, dengan standar kelulusan siswa yang baru di mana sekolah lebih banyak berperan karena persentase kelulusan 40 persennya berasal dari US dan nilai raport, para guru juga harus bersikap professional.<br /><br />“Jangan karena ingin sekolahnya ingin di pandang berprestasi, hasil US dan nilai raport malah di manipulasi. Hasil tersebut haruslah di buat apa adanya, bukan mengada-ada. Kalau memang siswa yang bersangkutan tak lulus sesuai dengan standar yang ada, jangan di paksakan,” pintanya.<strong> (phs)</strong></p>