Greenomics Ragukan Keakuratan Peta Indikatif Inpres Moratorium

oleh
oleh

Greenomics Indonesia meragukan keakuratan Peta Indikatif lampiran Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penundaan Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. <p style="text-align: justify;">Greenomics Indonesia meragukan keakuratan Peta Indikatif lampiran Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penundaan Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut.<br /><br />Berdasarkan hasil uji petik yang dilakukan oleh Greenomics terhadap blok-blok hutan alam primer pada peta indikatif tersebut, ditemukan sedikitnya sembilan blok besar yang diklaim sebagai hutan alam primer ternyata kondisinya lebih didominasi oleh hutan alam sekunder, kata Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin.<br /><br />Greenomics menunjukkan, beberapa kawasan konservasi yang kondisi tutupan hutannya sudah berupa hutan alam sekunder, ternyata diklaim sebagai hutan alam primer. Klaim tersebut ditemukan pada blok-blok hutan alam di Pulau Sumatera dan Kalimantan.<br /><br />Ada indikasi, Inpres tersebut ingin memaksimalkan luas areal moratorium dari kawasan konservasi dan hutan lindung agar terkesan luas areal hutan yang terkena moratorium menjadi luas secara total. Diduga, cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan status hutan alam sekunder menjadi hutan alam primer, ujar Elfian.<br /><br />Ia mencontohkan, dua blok kawasan konservasi di Provinsi Kalimantan Tengah yang diklaim oleh peta indikatif sebagai hutan alam primer, ternyata menurut data Kementerian Kehutanan merupakan tutupan hutan yang didominasi oleh hutan alam sekunder.<br /><br />Data Kementerian Kehutanan berdasarkan citra satelit 2005/2006, yang menunjukkan bahwa komposisi hutan alam primer yang tersisa pada hutan konservasi hanya sebesar 53,32 persen, sedangkan hutan alam sekunder dan tak berhutan mencapai 42,68 persen.<br /><br />Sementara itu, tutupan hutan lindung yang masih berhutan alam primer sebesar 45,29 persen, sedangkan yang berhutan alam sekunder dan tak berhutan mencapai 50,40 persen.<br /><br />Data tersebut adalah kondisi sekitar lima tahun yang lalu. Kalau kondisi sekarang, tentu saja luasan hutan primer pada kawasan hutan konservasi dan hutan lindung telah semakin menyusut, katanya.<br /><br />Greenomics meminta agar pemerintah memberi penjelasan atas indikasi ketidakakuratan peta indikatif tersebut, dan meminta agar pemerintah tidak mengklaim hutan konservasi dan hutan lindung yang telah berstatus hutan alam sekunder berdasarkan data Kementerian Kehutanan menjadi hutan alam primer.(Eka/Ant)</p>