Khofifah : NII Susupi Muslimat NU

oleh
oleh

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muslimat Nahdatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa menyatakan tubuh PP Muslimat sendiri telah disusupi faham Negara Islam Indonesia (NII). <p style="text-align: justify;">Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muslimat Nahdatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa menyatakan tubuh PP Muslimat sendiri telah disusupi faham Negara Islam Indonesia (NII).<br /><br />"Di pengurus (muslimat) juga ada. Saya sendiri juga kaget. Dia salah satu pengurus harian, wakil sekretaris yang juga seorang dosen dan doktor," kata Khofifah saat menghadiri Harlah ke-65 Cabang Muslimat NU Surabaya di Taman Bungkul Jalan Raya Darmo, Surabaya, Selasa.<br /><br />Menurut dia, salah satu pengurus harian Muslimat tersebut menyampaikannya sendiri sehingga baru sadar ternyata anak dan keponakannya juga ikut kena faham NII.<br /><br />Selaku Ketua Umum Muslimat, Khofifah tidak lantas memberikan sanksi kepadanya karena semua itu melalui proses di luar kesadarannya atau sepertinya ada yang mengajak mereka melalui alam bawah sadar.<br /><br />"Kami juga tidak melakukan rehabilitasi karena itu pengalamannya dulu," katanya.<br /><br />Menurut Khofifah , beberapa buku-buku yang pernah dipelajarinya, ternyata NII yang sekarang ini tidak menargetkan untuk membentuk negara Islam melainkan merusak citra Islam itu sendiri.<br /><br />Untuk itu, lanjut dia, pihaknya mengingatkan kepada para ibu khususnya anggota Muslimat bahwa persoalan NII tidak bisa dianggap enteng . begitu juga dengan munculnya radikalisme dikalangan anak muda.<br /><br />Khofifah juga mengatakan bahwa hasil survei yang dipublikasikan di Jakarta beberapa waktu lalu menyebutkan ada 100 sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah pertama (SMP), yang 50 persen di antaranya memberikan dukungan pada pola pola pada radikalisme.<br /><br />"Untuk itu, Menteri Agama (Suryadharma Ali) dan dan Menteri Pendidikan Nasional(Muhammad Nuh, red) harus terus meng"update" (memperbaharui, red) kurikulum pendidikan keagamaan," katanya.<br /><br />Hal itu dilakukan karena pada hasil survei tersebut menyebutkan alasan siswa faham radikalisme adalah karena frustasi kepada pengambilan kebijakan pemerintah selama ini.<br /><br />"Anak ini tidak bodoh, mereka pinta karena terus mengikuti persoalan kebangsaan," ujarnya.<br /><br />Ia sendiri meyakini bahwa ibu-ibu Muslimat banyak yang sudah moderat, namun tidak menutup kemungkinan anaknya yang kuliah di perguruan tinggi mendapat sosialisasi atau indoktrinasi NII atau faham radikalisme.<br /><br />"Ini yang harus dipahami, bagi NKRI tidak membahayakan, tapi mereka merusak Islam. Masak, kalau mau masuk surga harus membayar sekian uang dengan mengatas namakan ISlam. Bahkan mereka beritakan boleh tidak sholat," katanya.(Eka/Ant)</p>