Kotabaru Alami Kelangkaan Pupuk Bersubsidi

×

Kotabaru Alami Kelangkaan Pupuk Bersubsidi

Sebarkan artikel ini

Pupuk bersubsidi jenis SP36 selama tiga bulan terakhir, yakni sejak Desember 2010 hingga Februari 2011 mengalami kelangkaan di Kotabaru, Kalimantan Selatan, karena gelombang besar. <p style="text-align: justify;">"Sejak Desember hingga Feburari ini kami belum mendapatkan pasokan pupuk jenis SP36 dari distributor," kata pengusaha alat-alat pertanian, pupuk dan obat-obatan, H Jatmiko, di Kotabaru, Selasa (22/02/2011). <br /><br />Dia menjelaskan, penyebab utama kelangkaan pupuk jenis SP36 itu akibat gelombang besar, di mana kapal barang yang biasa mengangkut pupuk dari Surabaya atau Gresik tidak diizinkan berlayar. <br /><br />Akibatnya, distribusi pupuk ke Kalimantan, khususnya Kotabaru terganggu. <br /><br />Bahkan untuk mempercepat kedatangan pupuk tersebut, Jatmiko telah membayar harga pupuk terlebih dahulu, hal itu tidak biasanya dia lakukan. <br /><br />Akan tetapi, pemilik toko "Usaha Tani" di Pasar Kemakmuran itu tetap saja tidak mendapatkan pupuk yang kini sedang diburu para petani karet dan kelapa sawit di Kotabaru. <br /><br />Agar kelangkaan pupuk SP36 itu tidak menghambat pertumbuhan dan usaha pertanian, Jatmiko mencoba meminta kiriman pupuk pengganti yang sejenis dan nonsubsidi dari Banjarmasin. <br /><br />"Namun demikian, pupuk tersebut juga tetap tidak ada," tandasnya. <br /><br />Sebagai gantinya, Jatmiko, menawarkan pupuk alternatif yang memiliki manfaat lengkap dibandingkan SP36, seperti Poska, kepada para petani di Kotabaru. <br /><br />Tetapi sayang, para petani lokal itu masih lebih memilih pupuk SP36, mereka bahkan bersedia menunggu kedatangan pupuk tersebut meski sudah hampir tiga bulan ini kosong. <br /><br />Sementara pupuk yang lain seperti urea, dan yang lainnya, di Kotabaru cukup tersedia. <br /><br />Ia mengaku menjual pupuk SP36 bersubsidi seharga Rp110 ribu per zak isi 50 kg, pupuk urea Rp80 ribu-Rp85 ribu per zak isi 50 kg, Poska nonsubsidi Rp110 per zak isi 25 kg. <br /><br />Jatmiko mengaku, membutuhkan pupuk jenis SP36 rata-rata sekitar 20-30 ton per bulan, jumlah tersebut tidak termasuk jenis pupuk Urea, Ponska, dan pupuk yang lainnya.. <br /><br />Seorang petani kelapa sawit asal Kelumpang Abu Bakar mengaku sudah beberapa bulan ini menunggu pupuk SP 36, dan belum mau menggunakan pupuk alternatif lain, meski mutu dan kandungan pupuk jauh lebih lengkap dari SP 36. <br /><br />"Karena sejak kecil, kami telah memakai pupuk jenis SP36, dan untuk yang lain kayaknya nantu dulu," kata petani asal Jawa Timur itu. <br /><br />Ia memilih menunda melakukan pemupukan tanaman kelapa sawitnya seluas 13 hektare yang kini sudah berumur sekitar empat hingga lima bulan. <br /><br />Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kotabaru H Zuhairil Anwar MM hingga kini belum berhasil dikonfirmasi terkait kelangkaan pupuk bersubsidi jenis SP36. <strong>(phs/Ant)</strong></p>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.