Nelayan Danau Sentarum Tak Terancam Perluasan Sawit

oleh
oleh

Bupati Kapuas Hulu AM Nasir menyatakan, pendapatan nelayan di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum tidak terancam oleh perluasan kebun sawit. <p style="text-align: justify;">"Tidak benar kebun sawit merusak kawasan TNDS dan mengancam pendapatan para nelayan di kawasan TNDS," kata AM Nasir saat dihubungi di Putussibau, Minggu (06/03/2011). <br /><br />Ia mengatakan, malah dengan kehadiran kebun sawit di Kapuas Hulu, para nelayan bisa mencari penghasilan tambahan dari sektor perkebunan itu, sewaktu hasil tangkapan mereka berkurang karena pengaruh air pasang tinggi. <br /><br />Karena hasil tangkap sebagai nelayan di kawasan TNDS sangat bergantung pada bulan, dan ketinggian air atau musim. "Kalau musim kering biasanya hasil tangkap cenderung meningkat," kata Nasir. <br /><br />Ujang (45) salah seorang warga Desa Pulau Majang, Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu menyatakan penghasilan ia dan rekannya per hari dari menangkap ikan di kawasan TNDS bisa sebesar Rp100 ribu/hari. <br /><br />"Kalau lagi musim ikan banyak, kadang pendapatan saya tiga kali lipat dari biasanya," kata Ujang. <br /><br />Hal senada juga diakui oleh Abu Bakar (55) asal Kecamatan Suhaid. "Pada dasarnya hasil tangkap nelayan tidak berkurang, pasca masuknya perkebunan sawit di Kapuas Hulu," katanya. <br /><br />Malah menurut dia, ada beberapa jenis ikan semakin banyak ditemui di danau itu, seperti ikan kebali dan ikan anak ringau yang harga jualnya bisa Rp5 ribu/ekor. <br /><br />"Melimpahnya ikan di kawasan TNDS merupakan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karena dari dulu hingga sekarang pada musim tertentu ikan melimpah-ruah," ujarnya. <br /><br />Bupati Kapuas Hulu menambahkan, ke depan Pemkab Kapuas Hulu akan mengembangkan kawasan Taman Nasional Danau Sentarum untuk pariwisata air. <br /><br />"Ke depan, kami akan mengarahkan berbagai kegiatan yang sifatnya bisa mendatangkan orang banyak, seperti lomba sampan tingkat provinsi maupun antarnegara di kawasan TNDS," kata AM Nasir. <br /><br />Ia mengakui, kawasan TNDS mempunyai nilai jual tinggi untuk mendatangkan wisatawan mancanegara, tetapi hingga kini belum digarap secara maksimal. <br /><br />"Kalau sektor pariwisata sudah digarap, ke depan kami berharap masyarakat yang bermukim di kawasan TNDS tidak terlalu menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan di danau itu, tetapi bisa bergerak dibidang jasa," katanya. <br /><br />TNDS selama ini dikenal sebagai perwakilan ekosistem lahan basah danau, hutan rawa air tawar dan hutan hujan tropik di Kalimantan. Danau musiman yang berada di TNDS terletak pada sebelah cekungan sungai Kapuas, sekitar 700 kilometer dari muara yang menuju laut Cina Selatan. <br /><br />Itu merupakan daerah tangkapan air, sebagai pengatur tata air bagi Daerah Aliran Sungai Kapuas. Daerah yang terletak di hilir Sungai Kapuas sangat tergantung pada fluktuasi jumlah air yang tertampung di danau tersebut. <br /><br />Dari data WWF (World Wide Fund for Nature) Kalbar, TNDS memiliki ratusan jenis fauna, di antaranya mamalia (Mamal) sebanyak 147 jenis, hampir 64 persen mamalia di Kalimantan terdapat di TNDS, sebanyak 31 jenis reptilia (Reptil) salah satunya buaya katak (Crocodylus raninus) yang di asia telah dinyatakan punah sejak 500 tahun lalu, fauna jenis afes (burung) sebanyak 310, serta sebanyak 265 jenis ikan, dengan jumlah jenis ikannya lebih banyak dari semua jenis ikan air tawar di seluruh benua Eropa. <br /><br />Kabupaten Kapuas Hulu memiliki luas kawasan lindung, taman nasional dan hutan lindung sekitar 1.626.868 hektare atau 54,59 persen, kawasan budidaya hutan sekitar 764.543 hektare atau 25,65 persen dan kawasan budidaya pertanian bukan danau sekitar 588.481 hektare atau 19,75 persen, serta kawasan danau sekitar 17.925 hektare. <strong>(phs/Ant)</strong></p>