Pangdam Mulawarman: Prajurit Perbatasan Merangkap Jadi Guru

oleh
oleh

Panglima Kodam VI Mulawarman menyatakan salut atas pengabdian para prajurit di kawasan perbatasan, mengingat mereka bukan sekedar menjadi pengawal wilayah namun juga aktif melakukan berbagai aktifitas sosial, termasuk menjadi guru SD. <p style="text-align: justify;">"Tidak hanya mengawal wilayah yang berbatasan dengan Serawak dan Sabah, Malaysia timur namun juga mereka melakukan berbagai aktifitas sosial, termasuk menjadi guru SD," kata Panglima Kodam VI Mulawarman Mayjen TNI Tan Aspan di Long Bawan, Kecamatan Krayan, Kabupaten Malinau (Kaltim), akhir pekan lalu.<br /><br />"Saya berbicara fakta saja. Di sini, di perbatasan, prajurit saya juga mengajar dan jadi guru di sekolah. Malah sekolahnya itu juga sekolah darurat, yang mereka (para prajurit) bangun bersama masyarakat," kata Panglima Tan Aspan di beranda Pos Komando Taktis III Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Batalyon Infanteri (Yonif) 631 Antang di Long Bawan.<br /><br />Terkait kondisi itu, Panglima mengusulkan agar jika kemungkinkan lebih baik bila anggaran untuk perbatasan yang ada di instansi lain diperbantukan ke TNI. Atau TNI bisa bantu bagaimana agar instansi tersebut bisa melaksanakan program perbatasannya.<br /><br />"Banyak banyak kementrian yang punya program untuk perbatasan; mulai dari Kementrian Dalam Negeri, Pekerjaan Umum, Pendidikan Nasional, Kesehatan, dan lain-lain, jadi mari kita sinergikan agar rakyat merasakan adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia ini," lanjut Panglima.<br /><br />Prajurit yang menjadi guru di perbatasan terutama mengajarkan tentang bela negara dan nilai-nilai kebangsaan. Termasuk di dalamnya olahraga dan kesehatan jasmani.<br /><br />Ditegaskan oleh Panglima Tan Aspan, tugas pokok para prajurit penjaga perbatasan adalah menjaga keamanan wilayah dan menjaga patok-patok batas negara.<br /><br />"Namun, kondisi perbatasan yang mengalami berbagai kelemahan di sejumlah sektor termasuk bidang ekonomi, pendidikan, dan sosial, sehingga para prajurit di sana terpaksa ikut membantu mereka, misalnya menjadi guru karena di sana jumla tenaga pengajar dan pendidik sangat terbatas," imbuhnya.<br /><br />Sebab selain mengajar, menurut Komandan Satgas Pamtas Letkol Inf Bangun, anak buahnya sering juga berperan sebagai dokter, bidan, perawat, dan kadang markas pun jadi semacam Puskesmas. "Di setiap pos memang ada Tamtama kesehatan. Dengan keterbatasannya ya mereka berusaha melayani," ujarnya.<br /><br />Bahkan, imbuhnya, prajurit bidang kesehatan itu sering menjadi sering PLKB karena warga menanyakan urusan KB atau penggunaan alat kontrasepsi.<br /><br />"Kami memang terpaksa kadang mengetuk pintu markas, membangunkan anak-anak ini malam-malam untuk minta obat," tutur Markus, warga Sungai Ular, Sebatik, arah timur Nunukan. Di Sungai Ular, meski hanya lebih kurang 15 menit terbang dengan heli dari Nunukan, memang belum ada sarana kesehatan dasar seperti Puskesmas.<br /><br />Obat-obatan yang diberikan prajurit berasal dari persediaan markas. Untuk KB, Satpamtas sesekali menggelar layanan khusus dengan membawa petugas kesehatan yang sesungguhnya.<strong> (das/ant)</strong></p>