Sembilan Dosen STKIP Gelar PKM Serentak Di Sayan Nanga Pinoh

oleh
oleh
Sejumlah Dosen STKIP Melawi berfoto bersama para peserta Pelatihan Kompetensi Guru Dalam Menyusun Penelitian Tindakan Kelas

MELAWI – Untuk memenuhi kewajiban sebagai Tri Darma Perguruan Tinggi, selain pendidikan dan pengajaran, juga memiliki kewajiban untuk melakukan penelitian serta Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Berdasarkan hal tersebutlah, 9 dosen Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Melawi melaksanakam 3 PKM di SMK N 1 Sayan, Kamis (21/2) kemarin.

Kegiatan PKM yang dilaksanakan serentak tersebut diikuti oleh perwakilan guru SD, SMP dan SMA-SMK, serta PKM khusus untuk anak Sekolah Dasar se-Kecamatan Sayan.

Pada PKM tersebut,9 dosen itu membentuk 3 tim. Yang mana tim pertama terdiri dari Eko Rudiansyah, M.Pd, Mutazam, M.Pd, dan Khairil Akbar, M.Pd, mengadakan PKM dengan tema ‘Pelatihan Kompetensi Guru Dalam Menyusun Penelitian Tindakan Kelas’. Sedangkan tim kedua terdiri dari Aprima, M.Pd, Rindah Permatasari, M.Pd dan Yumi Sarassanti, M.Pd, mengadakan PKM dengan tema ‘Pelatihan Kompetensi Guru dalam Menyusun Artikel Ilmiah’.

“Target dari PKM ini ialah berbagi ilmu kepada para guru. Guru harus mampu meningkatkat kompetensi yang dimilikinya dalam profesionalisme. Guru harus mulai terbiasa melakukan penelitian dalam pemecahan masalah –masalah pembelajaran dan berani mempulbikasikan karya ilmiahnya dalam sebuah artikel ilmiah atau jurnal,” kata Eko Rudiansyah, saat ditemui di Nanga Pinoh, Jumat (22/2).

Sementara itu, pada tim yang ketiga terdiri dari Ahmad Khoiri, M.Pd, M.Nur Sulistiyo, M.Pd, dan Asmadi, M.Pd, menggelar PKM khusus tentang pendidikan lingkungan atau pendidikan karekter cinta lingkungan dengan lomba menggambar lingkungan hidupku tersayang. “Kami merasa pentingnya menumbuhkan anak-anak rasa cinta lingkungan sekitarnya semenjak dini sehingga kami mengadakan lomba menggambar lingkungan hidup tersayang untuk anak SD kelas III,” ungkap Khoiri.

Lebih lanjut pria yang akrab disapa pak Choy tersebut mengaatakan, lomba ini dilaksanakan dengan harapan membangun rasa cinta lingkungan dalam pemikiran anak SD, karena masa depan lingkungan berada ditangan anak-anak penerus bangsa.

“Tindak lanjut dari kegiatan lomba menggambar lingkungan hidup tersayang ini adalah membangun pemahaman mengenai lingkungan hidup pada anak usia SD, dengan mengeksplorasi imajinasi anak dalam hal kemampaun menggambar untuk membentuk konsep mengenai pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Penerapan perilaku berwawasan lingkungan dalam lingkup dunia pendidikan sejak dini sehingga kesadaran generasi muda sudah terbentuk dari awal masa perkembangannya dan dapat diterapkan di masa yang akan datang,” ujarnya.

Menurut Choy, pendidikan lingkungan adalah proses yang memungkinkan individu untuk mengeksplorasi isu-isu lingkungan, terlibat dalam pemecahan masalah, dan mengambil tindakan untuk memperbaiki lingkungan. Dengan begitu, individu mengembangkan pemahaman yang lebih dalam isu-isu lingkungan dan memiliki keterampilan untuk membuat keputusan dan bertanggung jawab.

“Pendidikan lingkungan tidak mendukung sudut pandang tertentu atau tindakan. Sebaliknya, pendidikan lingkungan mengajarkan individu bagaimana untuk menimbang berbagai sisi dari sebuah isu melalui berpikir kritis dan meningkatkan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan keterampilan mereka sendiri. Pemahaman tersebutlah dapat diberikan dan ditanamnkan kepada anak-anak sejak dini. Pendidikan lingkungan bukan hanya didapat di sekolah tetapi juga dapat ditanamkan nilai-nilai lingkungan keluarga dan bermasyarakat,” ucapnya.

Choy mengatakan, penanaman nilai-nilai dan rasa cinta terhadap lingkungan juga dapat dimulai dari hal yang sederhana dan media yang sederhana seperti kegiatan menggambar dan media gambar. Media gambar dapat dijadikan sumber media dalam menanamkan nilai-nilai lingkungan tersebut karena menggambar sangat disukai sebagian besar anak-anak dalam proses perkembangannya dan dalam mengekspresikan apa yang anak rasa dan lihat mengenai lingkungan sekitar.

“Pesan lain yang kami sampaikan ialah mengajak para guru untuk selalu menjadi garda terdepan dalam dunia pendidikan. Guru harus mengupgrade kompetensi dalam menghadapi era pendidikan 4.0. Peserta didik yang dihadapi guru saat ini merupakan generasi milenial yang tidak asing lagi dengan dunia digital. Peserta didik sudah terbiasa dengan arus informasi dan teknologi industri 4.0. Ini menunjukkan bahwa produk sekolah yang diluluskan harus mampu menjawab tantangan industri 4.0 Mengingat tantangan yang besar tersebut, maka guru harus terus belajar meningkatkan kompetensi sehingga mampu menghadapi peserta didik generasi milenial,” jelasnya.

Choy menerangkan, era pendidikan 4.0 merupakan tantangan yang sangat berat dihadapi guru. Jack Ma (CEO Alibaba Group) dalam pertemuan tahunan World Economic Forum 2018, menyatakan bahwa pendidikan adalah tantangan besar abad ini. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar-mengajar, maka 30 tahun mendatang akan mengalami kesulitan besar.

“Pendidikan dan pembelajaran yang sarat dengan muatan pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan sebagaimana saat ini terimplementasi akan menghasilkan peserta didik yang tidak mampu berkompetisi dengan mesin,” pungkasnya. (Ed/KN)