Warga Pampang Tunggu SK Desa Budaya

oleh
oleh

Desa Pampang yang terletak di Utara Kota Samarinda sejak beberapa tahun lalu sudah ditetapkan menjadi Desa Budaya, namun hingga kini belum memliki Surat Keputusan (SK) baik dari Pemprov Kaltim maupun Pemkot Samarinda. <p style="text-align: justify;">"Terkait dengan itu, maka warga Dayak di Desa itu menunutut agar segera diterbitkan SK yang menyatakan tentang Penetapan Desa Budaya Pampang," ucap Anggota DPRD Kaltim Sudarno di Samarinda, Selasa.<br /><br />Politisi asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kaltim ini menerima aspirasi dari masyarakat di desa itu, saat dia melakukan penjaringan aspirasi warga dalam rangka reses anggota dewan Kaltim beberapa hari lalu.<br /><br />Dia melanjutkan, Ketua Adat dan tokoh-tokoh masyarakat di Desa Pampang sangat mengharap ada SK terkait status Desa Budaya. Mereka tidak mempermasalahkan SK itu dikelurakan oleh siapa, baik oleh lembaga yang berwenang di Pemprov Kaltim maupun dari Pemkot Samarinda.<br /><br />Dari adanya keluhan masyarakat tersebut, maka Sudarno mengaku akan segera berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kalimantan Timur (Kaltim), sehingga masyarakat mendapat kepastian tentang status desa mereka.<br /><br />Ketika melakukan reses di Desa Budaya Pampang, Ketua Fraksi PDIP DPRD Kaltim ini diterima Ketua Adat setempat, yakni Marten Abat, kemudian Ketua RT Antonius Ngang, Ketua Pemuda Jims Palan, sejumlah tokoh dan masyarakat Dayak lainnya.<br /><br />Selain meminta SK Desa Budaya, masyarakat Pampang juga meminta perbaikan jalan akses ke desa mereka yang kini rusak parah, termasuk pembangunan jalan ke kuburan desa sepanjang 300 meter.<br /><br />Warga juga minta dibangunkan fasilitas parkir sepeda motor di halaman lamin adat dan lapangan bulutangkis untuk membina generasi muda setempat, agar tetap sehat dan bugar sehingga bisa andil dalam pembangunan daerah.<br /><br />Sedangkan di lamin adat tersebut, tiap hari dikunjungi wisatawan lokal dan wisatawan manca negara, bahkan saat Sabtu dan Minggu pengujungnya lebih banyak dari hari-hari biasa karena masyarakat menampilkan berbagai jenis kesenian tradisi.<br /><br />Mereka juga mengeluhkan limbah perusahaan tambang batubara. Warga berharap tambang tidak hanya membawa kesengsaraan bagi mereka, tapi sebaliknya bisa ikut meningkatkan kesejahteraan kehidupan warga setempat. <strong>(das/ant)</strong></p>