15 kk Dusun Badat Jadi WN Malaysia

oleh
oleh

Sebanyak 15 kepala keluarga (KK) atau sekitar 50 jiwa yang tinggal di Dusun Badat Lama, dusun terisolir di perbatasan Entikong Kalimantan Barat – Sarawak (Malaysia), telah berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara (WN) Malaysia. <p style="text-align: justify;">Kepala Dusun badat lama Ageus Asip di Entikong, Sanggau, Sabtu (18/12/2010) mengatakan, hitungan itu berdasarkan catatan yang ada di dusunnya dan telah menelitinya. <br /><br />"Selama ini kami sudah mencatat ada 15 kepala keluarga atau sekitar 50 jiwa yang pindah kewarganegaraan, sekaligus menetap di negara tentangga Sarawak, Malaysia," kata Ageus Asip. <br /><br />Menurut dia, alasan sebenarnya tidak diketahui secara persis, namun yang jelas di dusunnya memiliki permasalahan dasar yang tak kunjung diselesaikan, seperti tidak ada sekolah dan pusat pelayanan kesehatan. <br /><br />"Nampaknya permasalahan-permasalahan tersebut membuat banyaknya warga di dusun tersebut pindah dari negara ini dan menjadi warga negara Malaysia," ungkap Kepala Dusun Badat Lama, Ageus Asip. <br /><br />Sementara itu, menanggapi hal tersebut Camat Entikong, Ignatius Iriyanto membenarkan apa yang disampaikan oleh Kadus Badat Lama itu. <br /><br />Namun ia mengatakan perpindahan kewarganegaraan itu karena perkawinan. <br /><br />"Memang ada sebagian warga yang hijrah ke Malaysia, kebanyakan hijrahnya warga Badat Lama disebabkan adanya perkawinan dengan warga Malaysia," jelas Ignatius. <br /><br />Adapun warga yang hijrah bukan sebab perkawinan, menurut dia, tidak ada sama sekali dan tidak terjadi di daerahnya. Pada umumnya mereka pindah ke Malaysia hanya untuk sementara ikut tinggal dengan kakak ataupun pamannya yang ada di Malaysia. <br /><br />"Sebagian lagi mencari pekerjaan bertahun-tahun di Malaysia kemudian kembali, namun ada yang menetap karena ikatan perkawinan seperti yang sudah saya sampaikan tadi," ungkapnya. <br /><br />Ignatius beserta jajarannya juga selalu mendorong semangat nasionalisme warga perbatasan dan berharap melalui informasi media, baik media cetak maupun elektronik, bisa membantu dalam menumbuhkan kembali semangat rasa nasionalisme warga itu. <br /><br />"Melalui penyebaran informasi itu diharapkan masyarakat perbatasan bisa menjadi yakin dan percaya bahwa pemerintah sebenarnya memperhatikan pembangunan di perbatasan dan bukan hanya sekadar janji," katanya. <br /><br />Sementara itu Kepala Dusun Badat baru, Matius Leset mengatakan, Dusun Badat sendiri terbagi menjadi dua wilayah hasil pemekaran yaitu Badat Baru dan Lama. Keadaan di dusun Badat Baru sendiri sangat mengkhawatirkan karena hanya terdapat satu sekolah dasar dan tidak adanya pelayanan kesehatan. <br /><br />"Juga tidak tersedianya infrastruktur jalan dan hanya mengandalkan transportasi sungai yang sangat jauh dan membuat terhambatnya perekonomian warga di dusun tersebut," ucap Matius. <br /><br />Matius menegaskan, selama ini warganya menjual hasil perkebunan mereka ke Malaysia karena jaraknya yang dekat hanya sekitar empat kilo meter dan harga yang ditawarkan mereka juga cukup bagus dibandingkan di jual ke Entikong yang menghabiskan biaya transportasi sekitar Rp2 juta melalui transportasi air perahu motor tempel dengan jarak tempuh tujuh hingga delapan jam lamanya. <strong>(phs/Ant)</strong></p>