Asosiasi Pengusaha dan Importir Telepon Genggam Indonesia (Aspiteg) menyatakan siap menghentikan impor BlackBerry, hingga prinsipal Research in Motion (RIM) bersedia mematuhi aturan dan undang-undang di Indonesia. <p style="text-align: justify;">"Kami (Aspiteg) mendukung langkah Kemenkominfo dalam menegakan aturan terhadap RIM," kata Ketua Umum Aspiteg Alie Cendrawan, dalam siaran persnya, di Jakarta, Sabtu (15/01/2011). <br /><br />Aspiteg merupakan asosiasi importir beranggotakan lebih 20 anggota pemasok ponsel pintar BlackBerry. <br /><br />Setiap bulan, Aspiteg memasok lebih dari dua juta unit BlackBerry ke Indonesia. <br /><br />Menurut Alie, anggota Aspiteg menyadari dengan menyetop impor BlackBerry akan menurunkan pendapatan bisnis mereka secara signifikan. <br /><br />"Namun demi merah putih, kami tidak menganggapnya sebagai kerugian. Ini bentuk nasionalisme di bidang perekonomian," tegas Alie. <br /><br />Sebagai pebisnis ponsel yang mengerti seluk-beluk kerja sama bisnis RIM di Indonesia, Aspiteg mengaku bahwa langkah yang ditempuh Kominfo sudah benar. <br /><br />Dalam berbisnis di Indonesia, RIM selama ini banyak merugikan pemerintah. (phs/Ant)<br /><br />"RIM beralasan cuma jual terminal dan tidak mau membangun server agar tidak terkena pajak. Padahal mereka melayani pelanggan di Indonesia," ujarnya. <br /><br />Dengan pendapatan per bulannya Rp1,5 triliun dari dua juta pelanggan, RIM kelihatan sekali tak mau kehilangan Rp450 miliar. <br /><br />Aspiteg juga menilai, RIM tidak sungguh-sungguh membangun service center di Indonesia. <br /><br />Hingga kini, RIM baru memiliki satu service center di Jakarta, dari sebanyak enam service center yang diperjanjikan sebelumnya. <strong>(phs/Ant)</strong></p>