Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mendorong penonton televisi untuk kritis dan cerdas dalam menonton acara yang ditayangkan karena banyak tayangan televisi yang tidak berpihak kepada anak-anak. <p style="text-align: justify;">Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mendorong penonton televisi untuk kritis dan cerdas dalam menonton acara yang ditayangkan karena banyak tayangan televisi yang tidak berpihak kepada anak-anak.<br /><br />Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan, Azimah Subagijo mengatakan hal tersebut disela-sela seminar dengan tema "Media dan Pembentukan Karakter Anak Refleksi Surakarta Menuju Kota Layak Anak" di Balaikota Surakarta, Rabu.<br /><br />"Informasi, teknologi dan komunikasi semakin murah dan mudah diakses tetapi masyakat belum pintar dalam mengkritisi isinya. Ditambah regulasi penyiaran yang terlambat," katanya.<br /><br />Padahal acara televisi dan siaran radio lebih dari 20 jam per-hari dan sebagian besar televisi swasta hanya berorientasi pada bisnis yang padat modal.<br /><br />"Banyaknya televisi menyebabkan semakin ketat tingkat kompetitifnya sehingga rating menjadi dewa," katanya.<br /><br />Tayangan acara televisi di Indonesia dinilai sebagai pencuri waktu anak-anak. Bahkan dalam satu pekan, waktu yang digunakan anak-anak di Indonesia untuk menonton televisi mencapai 35 jam per- pekan.<br /><br />"Sebagian besar tayangan yang dilihat anak adalah sinetron, akibat dari kecanduan menonton televisi tersebut banyak anak-anak yang menjadi kecanduan televisi," katanya.<br /><br />Berdasarkan penelitian yang dilakukan American Academy of Pediatrics, waktu yang diperbolehkan seorang anak untuk menonton televisi adalah dua jam per-hari atau 10 jam per-pekan. Sedangkan anak dibawah usia dua tahun tidak boleh menonton televisi.<br /><br />Sementara itu menurut Wakil Ketua KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Asrorun Ni?am Sholeh pada kesempatan yang sama mengatakan industri media perlu memperhatikan hak-hak anak. Untuk itu pihaknya mendorong terbitnya media ramah anak.(Eka/Ant)</p>