Deteksi HIV/Aids di Melawi Bagaikan Fenomena Gunung Es

oleh
Ilustrasi

MELAWI,KN-Hanya nampak puncak gunung es di atas permukaan air yang sebenarnya merupakan bagian kecil dari bongkahan gunung es di bawah permukaan air yang tidak tampak dan jauh lebih besar. Itulah fenomena gunung es. Begitu pula kasus HIV IAds di Indonesia, hingga di kabupaten/kota.

Hal itu juga terjadi di Melawi. Dimana Laporan kasus baru terus meningkat setiap tahunnya, namun sulit untuk mengetahui jumlah infeksi HIV yang sebenarnya ada.

“Data estimasi 309 Orang Dengan HIV AIDS (ODHA). Namun yang terdeteksi baru 49 orang. Banyak Rumah Sakit yang merahasiakan angkanya,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Melawi, dr Ahmad Jawahir saat dikonfirmasi, Minggu (8/9).

Lebih lanjut ia mengatakan, 49 orang penderita HIV / Aids itu merupakan data tahun 2019  yang dimiliki Dinas Kesehatan Melawi. Hal ini tentunya harus diperhatikan oleh banyak pihak. Bahkan, diketahui bahwa angka tersebut belum termasuk dari mereka yang tidak melaporkan status HIV Positif (HIV+).

“Alasannya cukup jelas stigma dan ketakutan akan status yang sebenarnya. Jumlah pasti ODHA memang susah didapat karena beberapa alasan tadi. RS takut kehilangan pelanggan kalau banyak pasien ODHA. Demikian juga pasien dan keluarganya, malu,” jelasnya.

Pemberian obat antiretroviral (ARV) menjadi salah satu upaya Pemerintah, melalui Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang sampai dianggap efektif dalam menekan virus HIV ini. Layanan obat ARV dapat diakses secara gratis bagi Pasien HIV. “Mencegah itu lebih baik . Tetap jauhi prilaku menyimpang dan budayakan hidup sehat dalam sehari hari,” ajaknya.

Ahmad mengatakan, upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan pemerintah melakukan sossialisasi dan penghimbauan untuk mengantisipasi HIV/Aid dari hulu ke hilir. HIV dapat ditularkan melalui darah, cairan kelamin, dan air susu ibu. Namun, virus itu tidak menular melalui sentuhan kulit, air liur, dan medium lain.

Terpisah, seorang warga Melawi, Taufik mengatakan pemerintah perlu menyediakan layanan kesehatan Voluntary Counseling dan Testing (VCT). Dengan adanya layanan VCT maka akan semakin banyak pula ditemukan kasus-kasus baru. “Logikanya seperti itu, banyaknya layanan kesehatan seperti VCT, akan semakin banyak pula penderita yang melakukan konseling. Selain ditangani, diharapkan adanya perubahan perilaku.Sehingga tingkat penularan dan penambahan penderita dapat diminimalisir. Namun yang kita pertanyakan apakah di Melawi ini sudah ada layanan VCT,” tanyanya mengakhiri. (ed/KN)