Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kubu Raya Suharjo mengatakan saat ini pihaknya sedang meningkatkan penggunaan pupuk organik "trichoderma" bagi para petani. <p style="text-align: justify;"><br />"Tahun lalu, penggunaan pupuk itu sudah kita uji cobakan pada 2.500 hektare lahan pertanian dan hasilnya sangat memuaskan, makanya tahun ini hal tersebut akan kita tingkatkan," kata Suharjo di Sungai Raya, Rabu (19/01/2011). <br /><br />Menurutnya, guna meningkatkan kesuburan tanah, Pemerintah Kabupaten Kubu Raya melalui Dinas Pertanian dan Petenakan juga akan menerapkan dan mensosialisakan pupuk trichoderma kepada para petani yang berada di 9 kecamatan. <br /><br />Ia melanjutkan, setelah dinilai berhasil dalam pengelolaan dan penggunaan pupuk Trichoderma untuk tanaman padi dan jagung, kini pihaknya sedang mencoba untuk diterapkan pada sayur-sayuran yang dipusatkan di Kecamatan Sungai Ambawang. <br /><br />Suharjo mengatakan, langkah itu dilakukan untuk membantu para petani di dalam mengurangi belanja pupuk pabrikan, di mana saat ini harga pupuk pabrikan di pasaran cukup mahal sehingga membebani para petani di Kabupaten Kubu Raya. <br /><br />Dia mengungkapkan, karena keterbatasan para petani dalam mendapatkan pupuk yang baik dan berkualitas, pihaknya berusaha untuk mencari solusi yang tepat. <br /><br />"Untuk itu, tahun ini kita berusaha menerapkan dan memberikan pengajaran kepada para petani di 9 Kecamatan untuk membuat dan menggunakan pupuk trichoderma untuk tanaman dan usaha mereka sendiri," tuturnya. <br /><br />Suharjo menjelaskan, langkah itu dilakukan sebagai upaya untuk melengkapi pupuk secara majemuk dan sekaligus untuk memperbaiki fisik dan kimia tanah. <br /><br />Sehingga, lanjut dia, dampak negatif dari penggunaan pupuk pabrikan itu bisa diratasi dengan menggunakan tricoderma. <br /><br />"Penggunaan dan penerapan pupuk trichoderma ini baru berjalan satu tahun, akan tetapi sudah menjadi bahan pelajaran dan percontohan bagi daerah lain, salah satunya Kabupaten Sanggau yang saat ini sudah menerapkan dan belajar cara pembuatan trichoderma," ucapnya. <br /><br />Suharjo menambahkan, untuk saat ini penerapan pupuk tricoderma dilakukan hanya untuk para petani di Kabupaten Kubu Raya saja, namun tidak menuntut kemungkinan, ke depannya bisa di terapkan di kabupaten lainnya. <br /><br />Secara terpisah, Kepala Seksi (Kasi) Pengembangan Teknologi Pertanian dan Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kubu Raya, Dedy Adzani mengatakan trichoderma merupakan pupuk yang berfungsi sebagai bahan tambahan ke tanah untuk meningkatkan kondisi kesuburan tanah dari berbagai segi. <br /><br />"Kesuburan kimia tanah dinilai dari kandungan ion mineral dan kapasitas pertukaran kationnya untuk menyediakan makanan siap saji bagi tanaman," katanya. <br /><br />Sementara kesuburan fisik merupakan keadaan tanah yang gempur. Sehingga menyediakan aerasi dan drainase yang baik serta tidak menyiksa akar tanaman. <br /><br />Sedangkan kesuburan biologis tanah dilihat dari kandungan mikroorganisme tanah yang mendukung proses penguraian bahan organik menjadi mineral anorganik. <br /><br />Salah satu mikroorganisme fungsional itu jamur trichoderma Sp. Jamur ini merupakan penghuni tanah yang dapat diisolasi dari akar tanaman. Di samping sebagai pengurai, dia sebagai agen hayati dan dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman. <br /><br />Dari berbagai laporan diterimanya, spesies trichoderma yang menjadi "agen" hayati itu di antaranya, T Harzianum, T Viridae, dan T Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. <br /><br />"Pupuk trichoderma ini dapat dibuat dengan inokulasi biakan murni pada media aplikatif, misalnya dedak. Sedangkan biakan murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media Potato Dextrose Agar (PDA)," kata Dedy. <strong>(phs/Ant)</strong></p>