Kalsel Buka 700 Hektare Lahan Pertanian Baru

oleh
oleh

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan membuka sebanyak 700 hektare lahan pertanian baru yaitu 600 hektare di Kabupaten Kotabaru dan seratus hektare di Kabupaten Balangan. <p style="text-align: justify;">Kepala Dinas Pertanian Kalsel, Sriyono, di Banjarmasin, Kamis (23/12/2010), mengatakan, pembukaan lahan pertanian baru tersebut sebagai salah satu upaya mendukung rencana peningkatan produksi beras pada 2011. <br /><br />Menurut dia, pada 2011 Kalsel menargetkan produksi beras sebanyak 2,1 juta ton, meningkat dibanding target 2010 yang hanya 2 juta ton beras. <br /><br />Kendati produksi 2010 tidak sesuai dengan target yang diharapkan yaitu hanya sekitar 1,9 juta ton akibat musim hujan yang cukup ekstrim, katanya, namun pada 2011 target tersebut diyakini bisa tercapai. <br /><br />"Saya optimistis target produksi beras 2,1 juta ton pada 2011 tercapai dengan harapan musim yang kembali normal dan adanya perluasan lahan pertanian baru," katanya. <br /><br />Selain itu, kata dia, adanya rencana tata ruang wilayah provinsi yang baru juga akan mampu mempertahankan lahan pertanian Kalsel yang dalam beberapa tahun terakhir, berkurang akibat alihfungsi lahan menjadi perumahan dan perkebunan. <br /><br />Menurut dia, data 2005 alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, pergudangan, dan perkebunan di Kalsel mencapai 901 hektare dan diperkirakan pada 2010 berada diatas seribu hektare dari total lahan pertanian 500 ribu hekatare. <br /><br />Jumlah alih fungsi lahan tersebut, kata dia, harus segera dikendalikan agar tidak terus bertambah atau meluas sesuai dengan undang-undang dan peraturan daerah yang ditetapkan. <br /><br />Daerah paling besar terjadi alih fungsi yaitu Kabupaten Banjar, Barito Kuala dan Banjarmasin. <br /><br />"Alih fungsi lahan terutama untuk perumahan merupakan hal yang cukup mengkhawatirkan dan mengancam produksi pangan Kalsel, sehingga harus mendapatkan perhatian serius dari seluruh pihak terkait," katanya. <br /><br />Musim penghujan yang cukup ekstrem di Kalsel membuat harga beras lokal juga terus melambung, sehingga Bulog yang pada 2009 mampu menghimpun beras petani hingga 40 ribu ton kini tidak lebih dari 5 ribu ton. <br /><br />Akibatnya Kalsel harus mendatangkan beras dari daerah lain seperti Jawa dan Sulawesi Selatan karena Bulog tidak mampu membeli beras petani yang harganya jauh diatas harga pokok penjualan (HPP) yang ditetapkan pemerintah. <br /><br />Harga beras lokal sebelumnya hanya Rp7 ribu per kilogram kini telah mencapai Rp12 ribu per kilogram<br /><br />"Harga beras yang paling jelek yang sebelumnya hanya Rp2.000 kini menjadi Rp7.000 per liter," kata Miah warga Banjarmasin. <br /><br />Menurut dia, saat itu beras tersebut hanya dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan ragi, namun karena beras mahal terpaksa beras kualitas paling rendah tersebut dikonsumsi.<strong> (phs/Ant)</strong></p>