Kanal Barabai di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, yang dibangun untuk mengatasi ancaman banjir kini kondisinya sudah dangkal, ujar Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum setempat, Saidin. <p style="text-align: justify;">"Sejak dibangun pada 2003, baru pada 2010 lalu dilakukan pengerukan kembali dasar kanal tetapi itupun tidak seluruhnya, baru bisa sepanjang 6,5 kilometer," ujarnya di Barabai, ibu kota HST, Jum`at (18/03/2011).<br /><br />Dangkalnya dasar kanal, diyakini sebagai salah satu penyebab terjadinya banjir yang melanda hampir seluruh Kota Barabai pada Senin (8/3) hingga Rabu (10/3) lalu.<br /><br />"Dasar kanal yang dangkal membuat aliran air terhambat. Itulah mengapa air sungai Barabai menjadi lebih lambat surut hingga sebagian wilayah kota sempat terendam hingga tiga hari," katanya.<br /><br />Kanal yang dibangun menggunakan dana APBN itu membentang dari Desa Murung A, Kecamatan Batu Benawa hingga ke Desa Sungai Buluh, Kecamatan Labuan Amas Utara (LAU), sepanjang 32 kilometer.<br /><br />Pasca dibangunnya kanal dengan lebar 15 meter dan kedalaman lebih dari 4 meter itu, beberapa daerah di HST masih terendam bila musim penghujan tiba tetapi kedalaman air tidak terlalu tinggi dan tidak berlangsung lama.<br /><br />Namun pada Senin (8/3), luapan sungai Barabai tergolong tinggi dengan cakupan wilayah kota yang terendam lebih luas dan berlangsung lebih lama.<br /><br />Ia menambahkan, 2011 ini telah disusun rencana untuk melanjutkan pengerukan dasar kanal yang masih belum di keruk sepanjang 22 kilometer.<br /><br />"Belum dapat dipastikan kapan pengerjaannya bisa direalisasikan. Saat ini kita tengah melakukan sosialisasi dengan masyarakat yang berada di sepanjang bantaran kanal, bekerjasama dengan aparat kecamatan setempat," tambahnya.<br /><br />Sosialisasi penting dilakukan agar masyarakat mengerti pentingnya pengerukan tersebut dan diharapkan tidak keberatan bila sebagian lahannya dijadikan tempat buangan tanah hasil pengerukan. <strong>(phs/Ant)</strong></p>