Ketua Stp: Damai Natal Seperti Pohon Terang

oleh
oleh

Ketua Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus, Andreas Muhrotien mengharapkan, berkah Natal tahun ini menyinari dan mendamaikan umat Kristiani Kalimantan Barat seperti halnya terang Pohon Natal yang mendapatkan rekor Muri di halaman rumah dinas gubernur. <p style="text-align: justify;">"Tahun ini, Natal di Kalbar memang sedikit berbeda, di mana pohon terang yang ada di halaman rumah dinas gubernur mendapat rekor Muri. Tentu dalam memaknai Natal, pohon terang tersebut diharapkan juga bisa menerangi semua umat," kata Andreas di Sungai Raya, Sabtu (25/12/2010). <br /><br />Untuk memaknai Natal tahun ini, dia mengatakan sebetulnya Alkitab dengan sangat jelas menyebutkan adanya makna Natal yang bersifat objektif. Maksudnya melalui kelahiran Yesus Kristus di hari Natal tersebut, sesuatu hal yang sangat penting dan mendasar terjadi kepada manusia berdosa. <br /><br />"Karena Allah sedemikian mengasihi isi dunia ini, sehingga Ia telah memberikan Anak-Nya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh.3:16)," ujarnya. <br /><br />Itulah kabar baik yang sangat penting dan mendasar diwartakan di dalam Injil Yohanes. Dengan perkataan lain, manusia yang seharusnya binasa karena dosa, beroleh pengampunan dan keselamatan yang pasti. <br /><br />Sesungguhnya, keselamatan dan hidup kekal tersebut adalah suatu anugerah yang sangat berharga yang tidak mungkin dapat dibeli dengan uang atau dicapai dengan kemampuan manusia. <br /><br />Hidup kekal tersebut, juga tidak dapat diberikan oleh agama dan keyakinan apapun. <br /><br />Dia melanjutkan Natal juga bisa dimaknai berbeda, tergantung manusia itu sendiri menemukan sisi kehidupannya. <br /><br />Secara khusus Natal ditahun ini, banyak manusia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Masih juga manusia yang belum memperoleh keadilan dan tersingkir dari kehidupan masyarakat. Konflik antarmanusia masih terjadi hingga kini. <br /><br />"Mereka butuh kepedulian, serta perhatian," kata Andreas yang juga Wakil Bupati Kubu Raya itu. <br /><br />Menurut dia, mereka sendirian tanpa ada yang peduli dengan masalahnya. Bagaimana sebagai umat Kristiani dalam menyikapi masalah di sekitar Yesus adalah Kasih. Sedangkan kasih tidak membedakan, tidak pula melihat warna kulit, agama, status sosial dan mungkin pekerjaannya. <br /><br />"Ini menjadi tantangan kita sebagai umat Kristiani dalam mewartakan kasih Kristus, di tengah masyarakat. Seperti Yesus mengajarkan, kasih itu murah hati dan tidak sombong, kasih itu adalah ketulusan. Tentu saja Natal tahun ini bisa menjadi wujud ketulusan itu sendiri," ucapnya. <br /><br />Wakil Bupati Kubu Raya itu menambahkan, Natal tidak selalu harus dirayakan dengan hura-hura, hingar bingar pesta yang mungkin menjauhkan umatnya dari Allah. <br /><br />"Karena saudara-saudara kita ada yang merayakan Natal di Lembaga Pemasyarakatan, pedalamanyan Papua, Kalimantan, lereng gunumg Merapi dan sebagainya. Tanpa kue Natal dan baju baru. Bahkan tidak pula di tengah keluarga," katanya. <br /><br />Suasana Natal memang bisa membawa manusia pada perenungan yang dalam. Namun dia berpesan agar umat Kristiani dapat menjadikan suasana Natal untuk membawa hati melihat kembali kelahiran Yesus 2000 tahun yang lalu. <br /><br />Dan alangkah baiknya Natal patut menjadi renungan, harapan, refleksi batin, satu tahun perjalanan hidup manusia yang mungkin sebagai manusia terkadang jatuh dan terjerembab di lubang kotoran. <br /><br />"Maka saat inilah kebahagiaan Natal kita tumbuhkan dalam hati," katanya. <strong>(phs/Ant)</strong></p>