Rencana Pengurus Besar Nahdlatul Ulama untuk membangun universitas Islam di Jakarta menghadapi tantangan dalam hal pendanaan, menyusul konflik yang melanda Pemerintah Libya, kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj. <p style="text-align: justify;">Rencana Pengurus Besar Nahdlatul Ulama untuk membangun universitas Islam di Jakarta menghadapi tantangan dalam hal pendanaan, menyusul konflik yang melanda Pemerintah Libya, kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj.<br /><br />"Kita agak ‘ngos-ngosan’, karena universitas ini rencananya akan dibiayai oleh Presiden Libya, Moammar Khadafy," kata Said Aqil ketika menghadiri Silaturahim antara kiai NU se-Jawa Tengah dengan pimpinan Partai Kebangkitan Bangsa, di kantor Pengurus NU Wilayah Jawa Tengah, di Semarang, Jumat.<br /><br />Sebelumnya, menurut dia, Pemerintah libya telah menyatakan kesanggupannya untuk menyiapkan dana sebesar Rp250 miliar untuk pembangunan Universitas NU ini.<br /><br />Padahal, lanjut dia, lahan seluas 2,4 hektare di belakang Mal Taman Anggrek di kawasan Tomang, Jakarta Barat, telah disiapkan sebagai lokasi calon berdirinya universitas tersebut.<br /><br />"Tanah yang sebelumnya lepas tersebut, saat ini sudah kembali ke PBNU," katanya.<br /><br />Meski demikian, ia bertekad untuk merealisasikan pembangunan Universitas tersebut.<br /><br />Selama ini, ia menilai, keberadaan universitas Islam di wilayah Jakarta masih sangat sedikit.<br /><br />Ia menjelaskan, bila melakukan perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta menuju Jakarta, pasti melewati Universitas Atmajaya, kemudian Trisakti.<br /><br />"Kalau mau melihat universitas Islam harus melalui Ciputat, ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah," katanya.<br /><br />Namun, ia tidak menyebutkan target pasti pembangunan universitas ini.<br /><br />Selain membangun universitas di Jakarta, kata dia, PBNU juga mengupayakan pengembangan lima perguruan tinggi lain yang berada di bawah organisasi ini.(Eka/Ant)</p>