Paslon Nomor 1 dan 2 Saling Serang, Paslon Nomor 3 Membawa Solusi

oleh
oleh

SINTANG, KN – Perdebatan telah selesai. Masyarakat Sintang harus lebih waspada kepada pemimpin yang minus ide, pemimpin yang tidak mampu melahirkan ide yang brilian.

Panggung debat sejatinya membicarakan masalah rakyat, bagaimana membumikan ide dan solusi bagi masyarakat kecil. Bukan menyerang secara membabi buta dan hilang substansi debat.

Tapi malam ini, saya tidak melihat sebuah ide besar bagi rakyat Sintang, terkuhusus bupati petahana Jarot dan wakilnya Askiman.

Jarot terlunta-lunta. Bicara pembangunan infrastuktur yang paling parah di Sintang saja Jarot tidak mampu, alasannya Sintang terlalu luas. Jarot takut, tidak mau keluar dari keterbelakangan dan ketertinggalan rakyat Sintang.

Sedangkan pasangan no 2, Askiman, tidak ada yang kita temukan di dalam diri Askiman bahwa dia adalah seorang pemimpin. Askiman dipenuhi sikap arogan, emosional dan tidak bicara ide.

Kita tidak menemukan persoalan Sintang yang hendak dibangun Askiman, karena dia dipenuhi sikap arogan dan emosional. Silahkan lihat di chanel RUAI TV dan Facebook KPU Sintang betapa Arogannya Askiman.

Tapi panggung malam ini untung ada Rumpak dan Syarifuddin yang mencairkan suasana debat. Mereka saling mengisi. Saling menopang, kompak dan tidak mau menang sendiri. Rumpak dan Syarifuddin mencari solusi, mampu melahirkan apa tujuan dari perdebatan.

Rumpak dan Syarifuddin meskipun baru, tapi mampu menciptakan suasana baru yang sangat penting. Mereka pencari solusi, keluar dari momok yang menakutkan. Mereka berpikir besar bagi Rakyat Sintang.

Terbukti, ketika Jarot dan Askiman saling serang, di mana Askiman menyatakan bahwa program Jarot adalah program lama ketika dia menjadi wakil Jarot terkait infrastruktur jalan, sama-sama penuh ketakutan, saling menghantam di panggung debat tapi melebur dalam ketakutan membangun infrastruktur jalan dengan alasan Sintang terlalu luas.

Tapi Rumpak melahirkan ide dengan pengalaman yang ia alami, seperti ekonomi kerakyatan, listrik untuk masyarakat desa. Rumpak mampu mendobrak ketakutan yang dimiliki.

Bagi Jarot dan Askiman cita-cita Rumpak itu tidak mungkin, tapi tidak ada yang tidak mungkin bagi Rumpak, selama ada niat dan kemauan untuk memperbaiki harapan rakyat. (*)