Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj meminta Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) untuk menggelar dialog lintas etnis, agama, budaya, dan adat, karena kondisi keberagaman di provinsi itu. <p style="text-align: justify;">"Minimal dalam satu tahun itu diselenggarakan dua kali dialog," katanya saat menghadiri Konferensi Wilayah (Konferwil) XVI Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Kalbar, di Pontianak, Sabtu (15/01/2011). <br /><br />Ia menilai, dengan kondisi keberagaman yang ada di Kalbar itu sudah seharusnya masing-masing pihak saling berhadapan dan berkomunikasi. <br /><br />"Bukan malah diadu, percuma saja membangun masjid agung yang besar, atau gereja dengan salib emas dan lainnya jika tidak bisa saling berdialog untuk menepis perbedaan yang kecil itu," tegasnya. <br /><br />Sebelumnya, kata dia, dirinya sudah pernah menghadiri silaturahmi dengan tokoh-tokoh antaretnis pasca-Lebaran lalu. <br /><br />"Itu boleh diteruskan, minimal setahun dua kali untuk membangun Kalbar," katanya. <br /><br />Ia pun mengingatkan kepada seluruh nahdliyin di Kalbar bahwa Islam merupakan agama yang membawa peradaban dan budaya. <br /><br />"Jadi, tidak hanya membawa ajaran teologi serta syariah saja," kata dia. <br /><br />Untuk itu, kata dia, Islam merupakan pembawa peradaban dan penyangga kehidupan dengan semangat kemanusiaan. <br /><br />"Jadi, NU dengan tegas menyatakan radikalisme dan terorisme jelas-jelas sangat bertentangan dengan Islam," tegas Said Aqil yang seharusnya dijadwalkan menghadiri Konferwil di Kalimantan Selatan (Kalsel) itu. <br /><br />Ia mengatakan, dalam pelaksanaan ibadah pun bagi umat Islam dilakukan secara berkelas-kelas. <br /><br />Pada kesempatan yang sama, NU Kalbar mengeluarkan pernyataan sikap terkait dengan statemen yang dikeluarkan Prof Dr Thamrin Amal Tamagola. <br /><br />NU Kalbar menilai pernyataan tersebut harus ditarik dan penelitian Prof Dr Thamrin harus dikaji ulang secara akademis. <br /><br />"Tidak ada dalam agama apa pun atau etika etnis yang membenarkan hubungan di luar nikah antara seorang pria dan wanita, sehingga kami menilai pernyataan profesor tersebut telah keliru," ungkap Ketua NU Kota Singkawang Muhammad Najib yang membacakan pernyataan tersebut. <br /><br />Selain itu, lanjut Najib, pernyataan yang dikeluarkan profesor telah membuat luka hati seluruh masyarakat Kalbar. <br /><br />"Karena itu berkaitan dengan keetnisan yang ada di Kalbar," tegas Najib. <br /><br />Ia pun menambahkan kasus-kasus asusila yang terjadi itu merupakan masalah bagi seluruh komponen bangsa Indonesia dan harus diselesaikan secara bersama-sama. <br /><br />"Itu tidak terkait sama sekali dengan salah satu etnis ataupun kelompok masyarakat tertentu," katanya. <strong>(phs/Ant)</strong></p>