Ketua Asosiasi Pengusaha Perbatasan Kalimantan Barat, HR Thalib mengeluhkan sikap Malaysia yang menaikkan tarif jasa di "inland port" yang ada di Tebedu, Sarawak, sehingga memberatkan pengusaha Indonesia. <p style="text-align: justify;">"Tarifnya terus naik dan ini memberatkan pengusaha kita," kata HR Thalib di Pontianak, Selasa.<br /><br />Menurut dia, semula tarif jasa untuk kontainer ukuran 40 feet di inland port Tebedu itu, 300 ringgit Malaysia. Kemudian, naik menjadi 450 ringgit dan terakhir 900 ringgit Malaysia.<br /><br />"Kalau keluar masuk, maka sekarang harus bayar 1.800 ringgit Malaysia, atau setara Rp5 juta," ujar dia.<br /><br />Ia mencatat ada satu perusahaan yang tiap bulan menyetor ke Malaysia hingga Rp500 juta karena menggunakan jasa inland port Tebedu.<br /><br />"Tidak mengherankan, beberapa waktu lalu masyarakat berunjuk rasa terkait hal itu," ungkap dia.<br /><br />Pihak Malaysia sendiri terkesan memberi kemudahan dengan tidak memeriksa kontainer yang masuk ke Tebedu. "Karena mereka punya kepentingan," katanya menegaskan.<br /><br />Ia berharap, pembangunan pelabuhan darat di Entikong dapat diwujudkan karena fungsi yang sangat penting dan mendesak.<br /><br />Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya mengakui, sejak tahun 2008 rencana pembangunan pelabuhan di Entikong mulai dibahas. "Dan ketika dibahas kembali tahun 2010, masih ada permasalahan," ujar Christiandy Sanjaya.<br /><br />Pemerintah berencana membangun dua pelabuhan darat di Kalbar yakni di Entikong (Kabupaten Sanggau) dan Badau (Kabupaten Kapuas Hulu). Dua pelabuhan itu menjadi bagian dari sistem logistik nasional. <strong>(phs/Ant)</strong></p>