PT Pertamina Wilayah Kalimantan Barat (Kalbar) memberi sanksi sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang melanggar kesepakatan selama krisis bahan bakar minyak di provinsi itu beberapa waktu lalu. <p style="text-align: justify;">"Sanksi berupa teguran dan pasokan dikurangi biasanya selama satu bulan, "kata Sales Area Manajer Pertamina Kalbar, Ibnu Chouldum saat dihubungi di Pontianak, Rabu (23/03/2011).<br /><br />Menurut dia, sanksi tersebut diberikan karena SPBU itu melayani pembeli yang menggunakan jerigen tanpa dilengkapi rekomendasi dari pemerintah daerah setempat.<br /><br />Pasokan yang dikurangi terutama BBM jenis solar, karena ada dugaan dijual ke pihak yang tidak berhak menerima subsidi.<br /><br />"Misalkan pasokannya dikurangi 50 persen. Kalau ditutup, nanti lebih sulit karena terkadang hanya ada satu SPBU di wilayah itu," kata dia.<br /><br />Pihaknya mendapat laporan dari masyarakat bahwa ada SPBU yang melanggar aturan dan menjual ke pembeli yang menggunakan jerigen tanpa dilengkapi rekomendasi.<br /><br />SPBU yang mendapak sanksi itu diantaranya ada di Kota Singkawang, Kabupaten Sambas dan Sekadau. <br /><br />Ia mengakui, masih terjadi antrean di SPBU, terutama di daerah pehuluan. Namun ia optimistis, dalam minggu ini masalah pasokan BBM di pehuluan tuntas.<br /><br />Selain menggunakan tongkang, Pertamina Kalbar juga memanfaatkan jalur darat untuk memasok BBM guna mengisi depot utama di Sintang.<br /><br />"Stok yang ada 750 kiloliter, kebutuhan harian di pehuluan seperti Kabupaten Sintang, Kapuas Hulu dan Melawi, rata-rata 200 kiloliter per hari," kata dia.<br /><br />Ia melanjutkan, untuk tahun ini kuota BBM bersubsidi di Kalbar bertambah lima persen dibanding tahun 2010.<br /><br />Namun masih belum mampu memenuhi kebutuhan yang diperkirakan bertambah 11 persen di Kalbar.<br /><br />Kompensasinya, pasokan untuk BBM non subsidi akan ditambah. Saat ini sekitar 50 persen SPBU di Kalbar yang siap untuk menyalurkan BBM non subsidi. "Di Ketapang, rencana bulan ini," kata Ibnu Chouldum.<br /><br />Ia mengakui, dengan harga BBM non subsidi dua kali lipat, konsumsi premium bersubsidi akan terus meningkat. <strong>(phs/Ant)</strong></p>