Puisi-puisi Yogen Sogen: Refleksi Tri Hari Suci

oleh
Yogen Sogen (Foto: Dok. Pribadi)

I/ Kamis Putih

Sebab anak manusia akan menjadi gandum

Dalam ingauan panjang ilalang dikebas angin jumawa

Sebab hari nan panjang

Memiliki rahim waktu

Ia akan mengiris desing detik

Kemudian menggelepar di tanganmu

Waktu kian mencekam

Mata-mata menjadi pisau

Menyibak setiap pertanyaan yang mendekam dalam pusaran sabda-Nya

Pada pukul yang semestinya

Kehidupan adalah serupa roti yang terbelah

Ia akan menjadi sejarah dalam setiap perjamuan

Kepingan kenangan yang begitu puisi adalah;

Pemberian, penyerahan dan keikhlasan atas nama cinta

II/ Jumat Agung

Kata-kata adalah pembunuh paling berbisa

Ia ada dalam setiap ruang penyangkalan manusia

Kadang kebaikan yang dipentaskan pada setiap persinggahan adalah serupa bukit tengkorak

Ia menggerogoti setiap kedewasaan ruang pikir manusia kemudian berubah menjadi dialog hitam dalam kerajaan kebencian

Kota dan manusia terlanjur berdebat dalam babak kecurigaan

Menelanjangi ruang moralitas

Kemudian waktu menjelma menjadi tiang penyaliban

Kebaikan sejenak menjadi sejarah basi, terbakar pada tungku kematian

Kita kadang seperti Golgota yang mencekam dan pembunuh paling belati

Melanggengkan kekuasaan

Membelenggu sistem dan norma

Menjual manusia tanpa sedikitpun berdialog dengan rasa kemanusiaan

Kemudian dalam sebuah laku perjalanan

Kita sama menikam,

Dan ruang kecemburuan atas nama kekuasaan yang kian merengek

Sebuah nada tanpa rasa dosa terucap

Salibkanlah Dia

III/ Sabtu Suci

Tak ada kepergian yang menelanjangi puisi kepulangan

Dan tak ada manusia yang terkubur dalam sejarah kekalahan

Jalan manusia selalu ada untuk kembali

Tapak hidup tak pernah membiarkan tangan-tangan kesedihan mencakar tanpa mata

Seperti kerinduan anak manusia memeluk kasih ibunya

Seperti lilin malam paskah yang menyublim senyummu di antara kegelapan

Yesus Kristus adalah guru kemenangan paling bermakna

Jika jalan terjal acap menyalib puisi hidupmu

berhentilah sejenak untuk membasuh tapak jalanmu
karena setiap tatapan selalu menyediakan cermin nasib

Hingga ruang sadarmu berakhir dalam sengketa kecemburuan hidup menggelamkan dendam dari segala yang fana

Kemenangan itu mahal harganya
Jika kesetiaan memanggul salib hidup
Terus benderang dalam hatimu

Bogor, 2018

Yogen Sogen Penulis Buku Nyanyian Savana & Di Jakarta Tuhan Diburu dan Dibunuh
Founder Jaringan Milenial Nusantara