Satwa Punah Jika Kerusakan Hutan Tidak Berhenti

oleh
oleh

Kerusakan hutan yang terus terjadi akan menyebabkan punahnya satwa yang hidup didalamnya karena mereka sulit bertahan di habitat yang sudah rusak. <p style="text-align: justify;">"Habitat yang rusak tidak memungkinkan satwa mendapatkan makanan untuk bertahan hidup karena hidup mereka sangat tergantung dengan kondisi hutannya," kata koordinator komunikasi World Wildlife Fund (WWF) Desmarita Murni di Jakarta, Jumat (21/01/2011). <br /><br />Hutan dan satwa tidak bisa dipisahkan, ujar Desma, namun kerusakan yang terus terjadi memaksa satwa-satwa untuk mencari tempat lain termasuk ke sekitar tempat tinggal manusia yang memungkinkan mereka untuk hidup. <br /><br />Akibatnya sering terjadi konflik antar satwa dengan manusia seperti gajah yang masuk ke kebun untuk mencari makanan atau harimau yang sudah mulai turun ke kampung dan memangsa ternak warga. <br /><br />Desma menambahkan, kerusakan hutan itu juga menyebabkan ancaman bagi satwa langka seperti harimau Sumatera dan gajah. <br /><br />Diperkirakan jumlah harimau Sumatera saat ini yang masih tersisa sekitar 300 hingga 400 ekor. <br /><br />Selain akibat kerusakan hutan yang menyebabkan konflik satwa bahkan hingga berakhir kematian satwa itu sendiri karena dianggap ancaman bagi manusia, perburuan hewan juga mengakibatkan jumlah mereka terus berkurang. <br /><br />Desma mengakui bahwa sudah ada upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk melindungi satwa langka misalnya melalui undang-undang perlindungan satwa maupun rencana aksi perlindungan satwa. <br /><br />Namun akar permasalahan adalah rusaknya hutan yang menjadi habitat satwa tersebut sehingga pemerintah perlu menjalankan dengan sungguh-sungguh komitmen menjaga hutan. <br /><br />Selain itu, pentingnya peningkatan kapasitas aparat hukum dalam penanganan kasus-kasus terkait satwa yang dilindungi. <strong>(phs/Ant)</strong></p>